Jelang AN, FKIP Unusida Bekali Guru-Guru Maarif

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas NU Sidoarjo (Unusida) menggelar program pengabdian kepada masyarakat berupa Workshop Penyusunan Soal Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) untuk guru-guru Madrasah Aliyah Maarif se-kabupaten Sidoarjo.

Ketua pelaksana workshop Ana Christanti berharap, hasil kegiatan tersebut yakni untuk meningkatan pemahaman guru tentang Asesmen Nasional (AN) secara komprehensif.  Selain itu, supaya dapat mempersiapkan peserta didik mengahadapi AN.

“Tujuan kegiatan ini yakni untuk membekali guru-guru pengetahuan dan ketrampilan menyusun soal sesuai standar asesmen nasional,” kata Ana.

Acara yang berlangsung mulai Senin, 15 hingga 17 Februari 2021 tersebut juga jadi bagian dari pelaksanaan program merdeka belajar Unusida. Sebanyak 120 peserta dari 40 madrasah ikut dalam kegiatan itu.

Sementara, Rektor Unusida Fatkul Anam menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan bentuk dukungan kampus yang dilaksanakan oleh FKIP untuk meningkatkan kompetensi pedagogi dan kepribadian. “Antusias peserta sangat baik dengan materi serta hasil workshop yang dibawa kembali ke sekolah masing-masing,“ jelasnya.

Kegiatan tersebut jadi salah satu wujud implementasi Tri Dharma Pendidikan Tinggi yang dilaksanakan di setiap fakultas di Unusida. Sehingga, setiap tahun ada lebih dari 4 kegiatan berbeda yang dilaksanakan oleh setiap fakultas, yang terdiri dari Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Komputer, dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Selain itu, jadi bagian dari usaha kampus untuk menjelaskan lebih detail Asesmen Kompetensi Minimum dalam AN sebagai penilaian pengganti ujian nasional yang telah dihapus oleh pemerintah.

Harmoni dan Daya Tahan Masyarakat Sidoarjo

Oleh M. Idham Kholiq

“Iki Sidoarjo cak, beda karo daerah liyo” sering mendengar istilah tersebut dalam berbagai perjumpaan. Di forum-forum diskusi maupun di tempat-tempat perbincangan lain seperti warung kopi dan pasar.

Tersirat suatu makna sosiologis atas pernyataan tersebut. Pernyataan yang menggambarkan gambaran sosial yang hendak disampaikan bahwa Sidoarjo itu memiliki karakter sosial yang perlu diterangkan secara sosiologis.

Sidoarjo saat ini memang sedang bergerak cepat menjadi kawasan industri, khususnya menyangkut mobilitas sosial ekonomi. Ribuan perusahaan manufaktur berdiri dan berkembang.

Dari aspek ekonomi, pertumbuhan industri menjadi daya dorong pertumbuhan berbagai pergerakan ekonomi lainnya, seperti kebutuhan perumahan, perdagangan, dan lainnya.

Secara sosial, industrialisasi berdampak pertumbuhan penduduk karena urbanisasi. Pertumbuhan penduduk itu tentu saja secara langsung mempengaruhi kondisi sosial masyarakat Sidoarjo, khususnya tingkat heterogenitas yang makin tinggi.

Di masa lalu, sebelum laju pertumbuhan industri begitu kencang, mata pencaharian masyarakat Sidoarjo relatif terbagi dalam tiga kelompok besar, yakni pertanian, perdagangan, dan  perikanan.

Sektor pertanian lebih banyak berada di wilayah barat Sidoarjo, berada kurang lebih 5 kilometer arah barat dari Jalan Raya. Wilayah itu seperti kecamatan Wonoayu, Tulangan, Krembung, Prambon, Balongbendo, dan Tarik.

Sedangkan wilayah kedua adalah jalur sepanjang jalan raya yang membentang dari Waru hingga Porong. Jalan raya ini merupakan Jalan Deandles yang menghubungkan Anyer Panarukan di jalur Utara Pulau Jawa.

Dibukanya jalur tersebut memang berdampak pada pertumbuhan perdagangan di sekitar jalur, mulai tumbuhnya pasar-pasar tradisional dari Waru hingga Porong. Semuanya rata-rata berada di Jalur Deandles.

Selain pasar, tumbuh industri kecil dan usaha rumahan yang berkembang di masyarakat sekitar jalur dalam radius kurang lebih 5 Kilometer ke barat dan timur jalan. Contohnya, industri rumahan seperti industri sandal di Wedoro, Waru; industri topi di Punggul, Gedangan; industri mainan anak-anak di Candisayang, Candi; dan pengerajin kulit di Kecamatan Tanggulangin.

Wilayah ketiga adalah bagian timur atau pesisir yang berada di wilayah paling timur Sidoarjo mulai dari Waru hingga Porong dan Jabon. Rata-rata masyarakatnya bermata pencaharian dari sektor perikanan, sebagai pencari ikan di laut, petambak, dan industri olahan ikan.

Ketiga masyarakat tersebut tumbuh dengan karakter sosial yang agak berbeda. Di wilayah barat karena sektor pertanian, karakter sosial masyarakatnya relatif lebih terikat oleh norma-norma paguyuban sebagai masyarakat pertanian. Sedangkan masyarakat di jalur jalan raya karena bergerak di sektor perdagangan relatif lebih digerakkan oleh norma-norma tertentu yang mengedepankan perhitungan-perhitungan transaksional. Sementara, karakter masyarakat di timur pesisir Sidoarjo, relatif terbentuk karakter yang keras karena perjuangan melawan kerasnya alam pesisir.

Namun, di antara perbedaan karakter ketiganya, masyarakat Sidoarjo secara keseluruhan di masa itu dikenal sebagai masyarakat yang relatif hidup dengan kemakmuran. Dulu, banyak disebutkan suatu keadaan yang menggambarkan kondisi ini. Warga Sidoarjo suka sekali “marung” dengan gaya pakaian seadanya seperti sarungan, berpeci butut tapi bawa uang banyak.

Sejak industrialisasi masuk ke Sidoarjo sekitar tahun 90an kondisinya relatif berubah. Industrialisasi telah membawa kemunduran ekonomi masyarakat Sidoarjo di tiga kawasan tersebut. Di bagian barat, lahan-lahan pertanian makin menipis karena dijual pemiliknya untuk pabrik dan perumahan. Demikian juga di wilayah timur, sektor perikanan juga mengalami kemunduran, lahan-lahan tambak makin banyak dijual untuk pabrik dan perumahan. Sedangkan di kawasan tengah, laju perdagangan modern juga berdampak meminggirkan pasar-pasar tradisional.

Tetapi catatan pentingnya adalah di dalam penetrasi industrialisasi yang kencang itu hampir tidak terdengar istilah penggerusan terhadap masyarakat Sidoarjo. Sebaliknya masyarakat Sidoarjo tetap bergerak maju bersama-sama industrialisasi.

Inilah yang dalam pandangan saya, disebut sebagai daya tahan sosial, yang manifesnya secara inharen di dalam sistem sosial masyarakat Sidoarjo.

Dalam pandangan Talcott Parsons, situasi ini ada di dalam sistem sosial, yang terdapat dalam empat kategori; (L)atent maintenance-norm, (I)ntegration, (G)oal attainment, dan (A)daptation.

Latent maintenance-norm menjadi daya tahan “budaya” dengan nilai dan norma-norma yang menyebabkan masyarakat Sidoarjo tetap tidak “terpinggirkan” karena penetrasi budaya masyarakat industri. Masyarakat Sidoarjo tetap hidup dalam adat kebiasaannya seperti tradisi unjung-unjung, yasinan, mitoni, selapanan, ziarah kubur, dan lain-lain.

Integration, menjadikan masyarakat mudah “mempertemukan” dirinya dengan masyarakat pendatang, sehingga terhindar dari konflik sosial, seperti pertentangan antara warga asli dan pendatang. Semuanya menyatu menjadi masyarakat Sidoarjo.

Goal attainment menjadi kekuatan bersama untuk mencapai kemajuan. Dalam bidang ekonomi, masyarakat Sidoarjo tidak pernah terpinggirkan secara ekonomi, bahkan ikut maju bersama secara ekonomi.

Kita saksikan bagaimana warga Sidoarjo mengkapitalisasi uang yang mereka peroleh dari penjualan sawah-sawah mereka kepada perusahaan dan perumahan, dikapitalisasi untuk modal usaha baru seperti mendirikan rumah-rumah kost. Mereka juga sangat cermat memanfaatkan halaman rumah mereka untuk mendirikan toko, bengkel, usaha cuci motor, bahkan banyak yang mendirikan bangunan disewakan untuk toko dan warung.

Di daerah barat, seperti Wonoayu, Tulangan, Krembung dan lainnya, beberapa usaha jual beli rongsokan banyak berdiri milik warga setempat. Mereka punya lobi dengan pabrik-pabrik untuk berbisnis pembelian barang-barang yang sudah tidak digunakan di pabrik-pabrik. Bahkan ada yang mendirikan pabrik di belakang rumah mereka untuk pengelolaan barang-barang itu. Semuanya menjadi kekuatan mencapai kemakmuran bersama industrialisasi di Sidoarjo.

Adaptation, menjadi kekuatan individu-individu warga Sidoarjo membaca peluang dan mengantisipasi perubahan-perubahan.

Pendek kata, inilah daya tahan masyarakat Sidoarjo, yang dalam pandangan Parsons selalu menjadi kekuatan yang mengarahkan kepada keseimbangan sosial, yang selalu menciptakan harmoni dalam kehidupan sosial di Sidoarjo.

 

Penulis adalah Kepala Bagian Humas Universitas NU Sidoarjo yang juga Ketua Keluarga Alumni Gajah Mada (Kagama) Sidoarjo

Unusida Raih PTNU Terbaik 2020

Piagam penghargaan yang diterima Unusida dari LPTNU Pusat.

Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) meraih peringkat pertama kategori Badan Hukum Perkumpulan Nahdlatul Ulama dalam Penghargaan Kampus NU terbaik Nasional tahun 2020.

Penghargaan itu disampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Perguruan Tinggi NU se Indonesia di Pekalongan, Rabu (23/12).

Wakil Ketua Lembaga Pendidikan Tinggi NU (LPTNU) Pusat, M Afifi mengumumkan langsung beberapa kategori terbaik penghargaan tersebut kepada peserta rakornas yang hadir secara langsung dan bergabung secara online. Ada sembilan nama perguruan tinggi terbaik, dan Unusida dinobatkan sebagai terbaik pertama tahun 2020.

Menurut Rektor Unusida, Fatkul Anam, peringkat pertama tersebut diambil berdasarkan pemeringkatan yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). “Untuk ukuran Perguruan Tinggi baru yang belum genap berusia 10 tahun, prestasi ini luar biasa bagi kami,” cetus Fatkul Anam.

Kata Fatkul Anam, ada 58 perguruan tinggi yang tahun ini mengikuti penilaian di LPTNU. Unusida meraih predikat pertama dalam kategori perguruan tinggi NU Badan Hukum Perkumpulan Nahdlatul Ulama.

Secara nasional, Unusida menduduki peringkat 743 di antara 4.504 seluruh perguruan tinggi se-Indonesia. Jumlah tersebut didasarkan pada berbagai macam penilaian, salah satunya bidang kemahasiswaan.

Tahun 2020 ini, Unusida juga telah mendapatkan program Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa PHP2D dan Program Kreativitas Mahasiswa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

FKUB dan Unusida Salurkan Bantuan kepada 52 Pesantren

Rektor Unusida Dr. Fatkul Anam, M.Si saat menyerahkan bantuan secara simbolis kepada perwakilan pondok pesantren.

FKUB Kabupaten Sidoarjo yang telah bekerja sama dengan Universitas NU Sidoarjo (Unusida) kembali memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak Covid-19. Kali ini bantuan tersebut diberikan kepada 52 pondok pesantren yang ada di Sidoarjo.

Bantuan yang disumbangkan berupa hand sanitizer, masker kain, tangki desinfektan, tablet desinfektaan, dan suplemen kekebalan tubuh. Masing-masing pondok pesantren mendapatkan 400 botol handsanitizer, 1.400 potong masker, 5 unit alat semprot desinfektan, 5 paket tablet desinfektan, dan 60 box suplemen vitamin C.

Sekretaris FKUB Sidoarjo yang juga Humas Unusida M. Idham Kholiq menuturkan, bantuan tersebut didapatkan dari donasi keluarga besar FKUB dan dari berbagai pihak yang telah mempercayakan bantuannya kepada FKUB Peduli. Selama pandemi Covid-19, FKUB bekerjasama dengan Unusida juga membuka penyaluran donasi yang diperuntukkan untuk penanganan Covid-19.

“Alhamdulillah, donasi yang terkumpul selama ini, mencapai 2 Miliar Rupiah. Uang tersebut kami salurkan dan dibelanjakan semua untuk keperluan pencegahan penyebaran Covid-19. Uang tersebut kami rupakan barang, tanpa mengurangi sedikitpun. Biaya operasional saja memakai uang sendiri, tidak sedikitpun memakai uang donasi,” tegas Idham saat menyerahkan bantuan di kampus B Unusida, Rabu, 16 Oktober 2020, pagi.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Rektor Unusida Dr. H. Fatkul Anam, M.Si menambahkan, Unusida sangat mengapresiasi kerja sama dengan FKUB karena ingin menunjukkan sebagai kampus rahmatan lil alamin.

“Donasi yang terkumpul, tak hanya untuk umat Islam saja, melainkan juga untuk umat beragama lain. Semua penerima diberlakukan sama, tidak membeda-bedakan agama satu dengan lainnya. Semua warga, kelompok masyarakat yang terkena dampak, yang membutuhkan perhatian, akan diberikan bantuan,” tegas Anam.

Tiap Tahun Meningkat, Wisuda 230 Sarjana Unusida Terapkan Protokol Kesehatan Ketat

Sebanyak 230 sarjana mengikuti prosesi wisuda yang ketiga yang digelar Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) di Aula Madinah Hotel Utami Juanda, Sidoarjo, Sabtu (28/11/2020). Dalam prosesi wisuda ini, menerapkan protokol kesehatan (Prokes) secara ketat. Selain menjaga jarak, semua peserta menggunakan face shield, serta mencuci tangan dan dicek suhu badannya.

Rektor Unusida, Dr Fatkul Anam mengatakan wisuda ketiga Tahun 2020 ini, jumlahnya lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini sesuai target penerimaan mahasiswa baru yang terus mengalami peningkatan.

“Saat wisuda pertama pesertanya 99 orang, wisuda kedua 169 orang dan sekarang ada sebanyak 230 mahasiswa yang ikut wisuda,” ujar Fatkul Anam usai Rapat Terbuka Senat Unusida, Sabtu, (28/11/2020) di Hotel Utami Juanda, Sidoarjo.

Selain itu, Fatkhul Anam menambahkan, peningkatan jumlah wisudawan dan wisudawati ini seiring dengan peningkatan kualitas layanan kampus. Hal ini dibuktikan dengan predikat terbaik ke-8 dari 251 Perguruan Tinggi (PT) NU se-Indonesia dalam sistem penjaminan mutu internal.

“Kami siap memperbaiki semua sistem dan berupaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas layanan untuk para mahasiswa, dosen dan masyarakat. Harapannya, perbaikan itu menjadi tumpuan dalam penjaringan mahasiswa baru tahun depan,” pintahnya.

Ketua Panitia Wisuda Ketiga Tahun 2020 Unusida, Ali Masykuri menegaskan jumlah mahasiswa yang diwisuda ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah mahasiswa angkatan pertama dan kedua. Menurut mantan anggota DPRD Sidoarjo periode 2014 -2019 ini, sebagai Perguruan Tinggi baru, Unusida harus banyak berbenah.

“Kendalanya selalu ada. Yang pasti, kami terus membenahi semuanya secara bertahap. Termasuk kekuatan dan kekompakan seluruh civitas akademik dan pembangunan kampus, diharapkan secara perlahan tapi pasti bisa memenuhi kebutuhan pendidikan bagi masyarakat Sidoarjo dan sekitarnya,” tegasnya.

Pria yang akrab dipanggil Cak Ali ini merinci, dalam wisuda ketiga program sarjana ini diikuti 230 wisudawan dan wisudawati. Mereke berasal dari Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas Tehnik (FT), Fakultas Ilmu Komputer (Filkom) dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Untuk FT ada sebanyak 19 orang, Filkom ada 45 orang, FE ada 58 orang dan dari FKIP ada sebanyak 108 orang wisudawan dan wisudawati.

“Dalam Rapat Terbuka Senat Unusida Sidoarjo ini, juga terdapat 6 wisudawan terbaik. Diantaranya Ajad Sudrajad ST dari FT dengan nilai IPK 3,74, Ahmad Khoir Al-Haq S Kom dari Filkom dengan nilai IPK 3,94, Afifatus Sholikhah SM dari FE dengan IPK 3,81, Elya Fambar Sari S Pd dari FKIP dengan nilai IPK 3,90, A Musonnifin Aziz ST dari FT dengan nilai IPK 3,67 serta Nur Asitah S pd dari FKIP dengan nilai IPK 3,72. Wisudawan terbaik Unusida diraih Ahmad Khoir Al-Haq S Kom dari Filkom dengan nilai IPK 3,94,” ungkapnya.

Sementara untuk wisudawan berprestasi diraih dua mahasiswa. Yakni A Musonnifin Aziz ST dari FT dengan kategori berprestasi dalam kegiatan kemahasiswaan dan Nur Asitah S Pd dari FKIP dengan kategori berprestasi dalam publikasi ilmiah internasional.

“Khusus hari ini, juga ada wisudawan disabilitas, yakni Muchammad Lailul Romadhon S Kom dari Filkom dengan nilai IPK 3,70,” tandasnya. Hel/Waw.

https://republikjatim.com/baca/tiap-tahun-meningkat-wisuda-230-sarjana-unusida-terapkan-protokol-kesehatan-ketat

Tim PKM Unusida Beri Pendampingan Pengelolaan Sampah Desa Tulangan

Proses kegiatan pendampingan.

Sampah jadi masalah serius di Indonesia, dan bahkan di dunia. Diperkirakan volume sampah yang dihasilkan oleh manusia rata-rata sekitar 0,5 kg perkapita perhari. Dari data SNI 19-3983-1995 tentang spesifikasi timbunan sampah untuk kota kecil dan sedang sebesar 0,3kg/orang/hari.

Menyikapi hal itu Universitas NU Sidoarjo (Unusida) menggelar Program Kemitraan Masyarakat (PKM) berupa pengelolaan sampah yang bertempat di Desa Tulangan, Kecamatan Tulangan. Kegiatan berlangsung bertahap, yakni dilakukan pada tanggal 8 dan 18 Agustus 2020. Kemudian dilakukan monitoring dan evaluasi internal pada 23 Oktober 2020.

Dari data tim PKM Unusida yang diketuai Atik Widiyanti menunjukkan rata-rata penduduk Desa Tulangan menghasilkan sampah lebih dari 1.445,4 kg/hari, dihitung berdasarkan jumlah penduduk desa sebesar 4818 jiwa.

Untuk mengurangi dampak dari jumlah tersebut, tim Unusida memberikan pembinaan pengelolaan sampah kepada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Bumi Lestari. Kelompok tersebut merupakan pengelola Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) desa.

Atik Wijayanti menemukan bahwa dalam mengelola TPST desa, KSM Bumi Lestari masih mengalami kendala. Mereka pun masih menggunakan pola pengelolaan secara sederhana. Sehingga, timbunan sampah yang tidak terkelola semakin besar dan beresiko mencemari lingkungan, terutama air.

Karena itu, lanjut Atik, lindi atau air yang berasal dari timbunan sampah yang timbul di area sekitar TPST yang tidak terkontrol berdampak buruk bagi sumber air tanah di desa. “Lindi yang terserap tanah akan menjadi air tanah. Khawatirnya mencemari sumur warga,” lanjutnya.

Sementara itu dari aspek sarana prasarana dan teknologi, KSM juga belum memiliki manajemen berbasis teknologi untuk pengelolaan sampah. Adapun kekurangan lainnya, yakni mitra belum memiliki Alat Perlindungan Diri (APD) dan mitra belum memiliki peralatan pengolahan sampah organik.

Menanggapi permasalahan semacam itu tim Unusida melakukan beberapa pendampingan, antara lain: workshop dan pelatihan tentang layanan aplikasi informasi cloud computing untuk manajemen pengelolaan sampah; workshop tentang pengolahan lindi dan komposting; dan pendampingan penggunaan aplikasi informasi manajemen pengelolaan sampah.

Permasalahan lainnya yakni tidak terpilahnya sampah oleh masyarakat. Sesampai di TPST sampah campuran semakin banyak dan bertumpuk.
“Permasalahan sampah menjadi komplek ketika sampah bercampur. Sampah daun, sayur, kertas, plastik, seng, besi, aluminium, jarum suntik, obat-obatan, baterai, jika saling bercampur akan bereaksi dan membentuk senyawa yang lebih berbahaya,” ungkap Atik.

Dari pendampingan itu, saat ini TPST Desa Tulangan dapat melakukan tabulasi data sampah dan pengecekkan kondisi sampah secara aplikatif. Sehingga, model pengelolaan dapat ditentukan menyesuaikan kondisi sampah yang masuk.

Fakultas Ekonomi Unusida Beri Motivasi Jelang Perkuliahan

Foto bersama usai kegiatan.

Banyak cara yang bisa dilakukan agar para mahasiswa dapat kembali semangat belajar. Diantaranya, melalui kegiatan motivasi diri, seperti yang dilakukan Prodi Manajenen Fakultas Ekonomi Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida). Para mahasiswa baru dan mahasiswa lama dibekali motivasi diri menuju kesuksesan.

“Mereka wajib mengikuti organisasi dan mengikuti semua kegiatan keorganisasian di kampus, agar mahasiswa juga bisa menggali kemampuannya. Terutama para mahasiswa yang baru,” tutur Dekan Fakultas Ekonomi Unusida, Zulifah Chikmawati, SSos MM.

Menurut Zulifah, kegiatan ini sengaja digelar untuk memberi semangat para mahasiswa baru dan mahasiswa lama. Di sisi lain, kegiatan ini juga diikuti mahasiswa baru secara offline. Sementara mahasiswa lama mengikuti talkshow secara online. Kegiatan ini juga diharapkan dapat memotivasi mahasiswa saat perkuliahan berjalan,” harap Zulifah, Rabu (30/9) kemarin.

Setidaknya ada tiga narasumber yang ikut memberikan motivasi kepada para mahasiswa. Yaitu anggota DPR RI Arzety Bilbina, Founder Cita Entertainment Nur Cita Qomariyah serta mahasiswa pasca sarjana asal Tajikistan, Mamurdzon Khalimov. ”Apa yang mereka canangkan, nantinya di kampus dapat terealisasi, seperti lulus secara tepat waktu,” ujarnya.

Zulifah menambahkan, pihaknya sengaja mendatangkan narasumber yang memiliki tallent luar biasa. Sehingga mahasiswa dapat termotivasi dengan kehadiran narasumber itu. ”Yang jelas kegiatan ini dapat berjalan berkat bantuan para dosen. Sehingga mahasiswa baru nanti bisa mengetahui bagaimana perkuliahannya bisa berjalan baik dan lancar,” tutup Zulifah. (https://www.harianbhirawa.co.id/fakultas-ekonomi-unusida-beri-motivasi-jelang-perkuliahan/)

Program PKM Unusida Latih Guru-guru MI Wonokalang

Kepala MI Nurul Islam Wonokalang H. Ahsanul Adhim M.Pd saat memberikan sambutan.

Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo menggelar workshop  untuk guru-guru MI Nurul Islam Wonokalang, Wonoayu. Workshop tersebut bertemakan Pembelajaran Daring Asik.

Kegiatan itu merupakan bagian dari kerja sama Unusida dan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Ristek-Brin) yang dikemas dalam program Hibah Kementerian tahun 2020.  

Ketua tim pelaksana PKM Masyitah Noviyanti, S.Pd., M.Hum menjelaskan, tujuan kegiatan itu merupakan upaya meningkatkan kemampuan guru-guru sekolah dasar dalam memanfaatkan teknologi sebagai sarana pebelajaran masa kini, khususnya pada masa pandemi. Pasalnya, semua kegiatan belajar mengajar menggunakan sistem daring.

Ia menambahkan, workshop tersebut berlangsung selama 4 hari. Dibagi menjadi dua metode pelaksanaan, online dan offline. Dimulai sejak hari Rabu tanggal 12 Agustus 2020 tim PKM melaksanakan workshop dengan mengikuti protocol kesehatan.

“Kegiatan ini bukan hanya sebagai wujud Tri Darma Perguruan Tinggi, melainkan sebagai kepanjangan tangan pemerintah membantu melaksanakan kegiatan pembelajaran secara efektif dan inovatif di tengah wabah,” ungkap wanita kelahiran Medan itu.

Kepala MI Nurul Islam Wonokalang H. Ahsanul Adhim M.Pd, mengapresiasi kegiatan itu. Pasalnya, dalam kondisi pandemi ini memang sangat dibutuhkan pembekalan-pembekalan untuk meningkatkan keterampilan pembelajaran model baru.

Projek pembuatan kuis online interaktif dan optimalisasi website jadi materi yang menarik antusias peserta workshop.

Para peserta worshop.