Masker, Tak Sekedar Protokol Kesehatan 1

Masker, Tak Sekedar Protokol Kesehatan

Senin 27 Juli 2020, sebelum rapat evaluasi Sistem Informasi Manajemen, Rektor Unusida Dr. Fatkul Anam memberi saya masker. Tak fikir itu masker kain seperti biasanya. Ternyata, masker yang saya terima ada logo kampus Unusida. Sontak saya pun mengganti masker lama yang sedang saya pakai dengan masker pemberian rektor.

Flash back ke masa sebelum pandemi, saat itu jarang orang memakai masker. Umumnya yang memakai hanya untuk urusan beberapa bidang pekerjaan, menghindari bau, dan debu. Sejak Covid-19 merebak, pemerintah gencar sosialisasikan bahwa masker harus jadi bagian hidup.

Masih teringat ketika awal Maret 2020, Presiden Jokowi mengumumkan 2 pasien Covid-19 pertama berkewarganegaraan Indonesia. Semenjak itu pembicaraan dan pemberitaan tentang pandemi meramaikan ruang publik.

Respon public beragam. Ada yang tak peduli. Sebagian lagi sangat khawatir bahkan panic.

Memborong masker untuk persediaan, jadi salah satu fenomena menyikapi pandemi. Sempat terjadi kelangkaan masker, karena terjadi penimbunan masker yang mengakibatkan kenaikan harga masker hingga 1000 persen.

Tetapi tak selamanya penimbunan menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Sebagian masyarakat memanfaatkan momen itu untuk membuka bisnis pembuatan masker baru dari kain. Bahkan, yang lebih menyakitkan bagi para penimbun yakni masker yang dibagikan secara gratis oleh para relawan.

Yang lebih ekstrem lagi ada gerakan donasi kain perca untuk bahan produksi masker gratis, seperti yang dilakukan Pengurus Wilayah Fatayat NU Jatim. Lazisnu di banyak daerah juga memborong masker dari dana filantropi yang dikumpulkannya untuk selanjutnya dibagikan gratis. Pemerintah pun tak ingin ketinggalan, termasuk Pemkab Sidoarjo bahkan Wakil Bupati Nur Ahmad Syaifuddin turun langsung membagikan masker kepada warga.

Fenomena masker kemudian mengalami pergeseran. Awalnya masker sebagai lahan bisnis, kemudian lahan amal, juga sebagai wujud kepedulian pemerintah kini, berubah menjadi wahana ekspresi seni dan identitas.

Mulai bermunculan masker dengan beragam motif. Ada juga masker dengan beragam gambar, mulai animasi, hingga gambar bagian wajah yang tertutup masker yakni bibir dan sekitarnya.

Trend ini berkembang menjadi modis. Perancang busana mulai memasukkan masker dalam rancangan busananya, sehingga harmoni warna dan model masker serta busana menjadi pertimbangan dalam membuat masker.

Nahdlatul Ulama beserta badan otonom, lembaga, dan unit usahanya masing-masing memproduksi masker sesuai identitas organisasi. Masjid pun juga melakukan hal sama, memproduksi masker beridentitas masjid masing-masing untuk jamaahnya. Mungkin juga jemaat gereja dan komunitas agama lainnya. Madrasah, sekolah, pondok pesantren, madrasah diniyah termasuk perguruan tinggi juga mengikuti trend tersebut.

Apapun motif dan motivasinya, memproduksi, membagi, dan memakai masker, tujuan awal dan utamanya adalah mencegah penyebaran Covid-19. Segala upaya pencegahan yang disusun dalam protokol kesehatan harus kita patuhi. Dengan kesadaran bersama dan sinergi semua elemen masyarakat insya Allah pandemi Covid-19 berakhir. Amin.

Masker tak hanya bagian dari upaya Unusida melaksanakan pencegahan penyebaran virus tetapi juga menjadi media promosi. Bahkan, ada kebanggaan bagi warga NU karena mengenakan salah satu simbol kebanggan NU Sidoarjo.

Penulis: Aris Karomy, Kepala Biro Umum Unusida.

FE Unusida Gelar Webinar Internasional 2

FE Unusida Gelar Webinar Internasional

Fakultas Ekonomi Universitas NU Sidoarjo (FE Unusida) menyelenggarakan International Webinar bertemakan A Cross Culture Perspective Indonesia and Gambia Organization Culture in The New Normal pada Selasa, 30 Juni 2020.

Bertindak sebagai narasumber dalam kegiatan webinar kali ini Dr. Gabriel Badjie, HTC., BA., MM dari School of Business and Public Administration University of Gambia.

Webinar ini bertujuan untuk mengupas dampak pandemi Covid-19 terhadap budaya organisasi yang melihat dari 2 sisi, antar Indonesia dan Gambia.

“Semua tahu bahwa adanya physical distancing dan social distancing telah mengubah prilaku manusia yang tadinya occasional menjadi habitual hingga menjadi organisasi baru,”ungkap Hj. Muhafidhah Novie, SE., MM dosen sekaligus ketua panitia acara.

Sementara itu, keynote speaker yang merupakan Rektor Unusida Dr. Fatkul Anam, M.Si mengatakan bahwa perubahan organiasi budaya tidak lepas dari peran pemimpin.

Senada dengan Fatkul Anam, Dekan FE Unusida Zulifah Chikmawati, S.Sos., MM menuturkan bahwa organisasi dalam era new normal harus memperhatikan protokol kesehatan yang sudah ditentukan. “Bisa jadi pasca pandemi jadi budaya yang harus dilakukan,” tuturnya.

FE Unusida Gelar Webinar Internasional 3
Screenshot peserta webinar.

1100 Orang Ikut Webinar PBI 4

1100 Orang Ikut Webinar PBI

Dalam rangka meningkatkan kemampuan public speaking berbahasa Inggris, program Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas NU Sidoarjo (Unusida) menggelar Webinar Public Speaking yang bertemakan Dare to Speak to Hold the World.

Ada sekitar 1100 peserta mengikuti kegiatan webinar tersebut. Mereka tak hanya berasal dari seluruh Indonesia, tetapi ada juga dari Malaysia dan India.

Acara yag diselenggarakan pada Sabtu, 11 Juli 2020 itu menghadirkan 3 narasumber. Selama 3 jam, narasumber memaparkan berbagai hal terkait peningkatan kemampuan public speaking.

Mereka yang hadir sebagai narasumber yakni Roistika (Kepala Bagian Admisi, Publikasi, dan Kerjasama Universitas Bhinneka PGRI), Willy Anugrah Gumilang (Dosen Bahasa Inggris dan penyiar RRI Kediri), dan Kolonel (Laut) Arif Badruddin (pelatih debat bahasa Inggris nasional Akademi Angkatan Laut).

Narasumber pertama Nia Roistika menjelaskan cara-cara untuk membuat suasana belajar bahasa Inggris nyaman dan menyenangkan. “Kalian harus ikut berbagai komunitas bahasa seperti English Club atau Debate Community dan banyak baca-baca teks berbahasa Inggris,” jelasnya.

Sedangkan Willy Anugrah memaparkan bahwa ketakutan manusia yang paling tinggi itu ada pada berbicara di depan umum. “Jika dibandingkan ketakutan yang lain ada 41%,” paparnya.

Ia pun menambahkan, komunikator perlu mengetahui cara memulai pembicaraan, bahasa tubuh, dan mengidolakan komunikator profesional sebagai acuan. “Seorang public speaker harus punya kepiawaian memilih kata-kata sebanyak 7%, kualitas suara 38%, dan kekuatan visual 55%,” tambahnya.

Sementara narasumber ketiga Kolonel Arif Badruddin lebih menekankan pada peningkatkan kemampuan bahasa Inggris melalui SIGMA model. Ada 6 hirarki peningkatan berbahasa, yakni pengetahuan ala Taksonomi Bloom yaitu mengingat kosakata, mengerti Tenses, menerapkan bincang harian, menganalisis dengan diskusi ringan, mengkaji dengan cara debat, dan membuat model belajar.

Kolonel yang pernah jadi The Best Speaker lomba debat bahasa Inggris nasional itu juga mengatakan pentingnya kemampuan debat sebagai sarana mempertajam daya fikir.

Oleh karena itu Ketua Jurusan PBI Ana Christanti berharap mahasiswa PBI menjadi public speaker yang memiliki wawasan dan ketajaman berfikir di atas rata-rata.

FKUB Sidoarjo Serahkan Sertifikat Kerja Sama Pendirian Posko Covid-19 5

FKUB Sidoarjo Serahkan Sertifikat Kerja Sama Pendirian Posko Covid-19

Posko Bantuan Terdampak Covid 19 FKUB dan Unusida telah resmi ditutup dan berakhir kegiatannya. Hal itu ditunjukkan dengan diserahkannya salinan laporan kegiatan posko kepada Rektor Unusida Dr. Fatkul Anam oleh ketua posko.

Menurut ketua Posko Suratidjan bahwa berakhirnya kerja sama di posko tersebut bukan berarti tidak ada lagi kerja sama antara FKUB dan Unusida. “Akan ada kerja sama lainnya, akan kita bicarakan setelah ini,” ungkapnya.

Pihak Unusida pun berharap keberlanjutan kerja sama di bidang lainnya tetap terjalin. Salah satunya dalam penyelenggaraan KKN mahasiswa dan kegiatan pengabdian masyarakat lainnya.

“Kita gabungkan potensi FKUB dan Unusida untuk bersinergi,” kata Rektor, Rabu 1 Juli 2020.

Di antaranya program kegiatan yang bisa digarap bersama adalah pengecatan dan perbaikan rumah ibadah, serta fasilitas sosial lainnya.

Dalam kesempatan itu diserahkan laporan kegiatan lengkap dengan laporan keuangan dan berbagai kebutuhan lainnya. Selain itu secara simbolis juga diserahkan sertifikat ucapan terima kasih.

Buku Pedoman dan Surat Keterangan KKN 2020 6

Buku Pedoman dan Surat Keterangan KKN 2020

Assalamualaikum wr. wb.

Berikut ini kami sampaikan buku pedoman untuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) Unusida Tahun 2020 sebagai petunjuk dan referensi dalam melakukan kegiatan KKN.

Download : https://bit.ly/31K0H85

Dibawah ini kami juga menyertakan Surat Keterangan Mengikuti Kegiatan KKN yang dapat didownload oleh peserta KKN.

Download : https://bit.ly/2VMJ43S

Demikian pemberitahuan kami.

Wassalamualaikum wr. wb.

WEBINAR PEMBEKALAN KKN TAHUN 2020 7

WEBINAR PEMBEKALAN KKN TAHUN 2020

WEBINAR PEMBEKALAN KKN TAHUN 2020 8

Assalamualaikum wr. wb.

Diberitahukan kepada mahasiswa UNUSIDA yang menjadi peserta KKN Tahun 2020 dapat mengikuti kegiatan pembekalan program KKN melalui webinar menggunakan aplikasi ZOOM Meeting yang akan dilaksanakan pada :

Hari : Jumat, 10 Juli 2020
Pukul : 13.30 WIB s/d 15.30 WIB
Link : https://bit.ly/2ZKv9fW
Meeting ID : 712 0350 8106
Password : UNUSIDA

Demikian pemberitahuan yang bisa kami sampaikan.
Terima Kasih….

Wassalamualaikum wr. wb.

Pengumuman Peserta KKN UNUSIDA Tahun 2020

Pengumuman Peserta KKN UNUSIDA Tahun 2020 9

Assalamualaikum wr. wb.

Berikut ini kami sampaikan pengumuman peserta KKN Unusida Tahun 2020. Adapun mahasiswa yang namanya tercantum pada file di bawah merupakan mahasiswa yang telah lolos verifikasi pendaftaran oleh panitia penyelenggara KKN.

Download : https://bit.ly/2ZWXvn8

Sekian pengumuman mahasiswa peserta KKN Unusida tahun 2020.
Terima kasih….

Wassalamualaikum wr. wb.

Kartini Terinspirasi Albaqarah: 257 10

Kartini Terinspirasi Albaqarah: 257

Kebanyakan kita mengenal RA. Kartini sebagai bagian kaum ningrat Jawa. Menarik untuk menelisik perjuangannya melalui ungkapan “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang merupakan judul buku terjemahan dari buku kumpulan tulisan RA Kartini Door Duisternis Toot Licht  oleh Armin Pane.

Terjemah harfiyah mestinya “Melalui Gelap Menuju Cahaya”. Kata-kata ini memiliki asbabulwurud yang bisa dilacak dari perjalanan intelektual dan spiritual RA Kartini.

Menurut penuturan Bu Nyai Fadlilah Sholeh yang merupakan Cucu dari Kiai Sholeh Darat Semarang, RA. Kartini merupakan murid Kiai Sholeh Darat. Kiai Sholeh Darat sendiri merupakan guru dari Hadlratus Syeikh Hasyim Asyari, KH A. Dahlan dan beberapa ulama nusantara terkemuka.

Diceritakan masa itu agama Islam di lingkup istana hanya diajarkan baca dan hafalan Alquran tanpa pemaknaan. Belanda melarang penerjemahan Alquran. Kuatir umat Islam bangkit.

RA Kartini galau. Ingin mengerti agama, tapi hanya diajari hafalan dan bacaan tanpa makna. Takdir mempertemukan RA Kartini dengan Kyai Sholeh Darat ketika mengisi pengajian di rumah Adipati Demak Pangeran Ario Diningrat, paman RA. Kartini.

Uraian makna surat Alfatihah saat pengajian memukau RA. Kartini. Hasrat tinggi muncul untuk memahami makna surat lainnya. Diantar sang paman, RA. Kartini sowan Kiai dan mohon agar berkenan menerjemahkan Alquran keseluruhan.

Permohonan disanggupi di bawah ancaman larangan Belanda. Kiai Sholeh Darat mulai menulis terjemah Alquran dalam bentuk Pegon (huruf hijaiyah berbunyi Jawa). Jadilah kitab Faidhur Rohman. Kitab terjemah Alquran dalam bahasa jawa pertama di Nusantara.

Kitab ini dihadiahkan Kiai Sholeh Darat kepada RA. Kartini ketika menikah dengan RM. Joyoningrat Bupati Rembang. RA. Kartini sangat bahagia menerima hadiah ini dan mengatakan:

Selama ini Al-Fatihah gelap bagi saya. Saya tidak mengerti sedikitpun maknanya. Tapi sejak hari ini ia menjadi terang benderang sampai kepada makna tersiratnya. Romo Kiai Sholeh Darat telah menerangkannya dalam bahasa Jawa yang saya mengerti.

Kitab Faidhurrohman hanya sampai surat ke-14 (Surat Ibrohim). Kiai Sholeh Darat keburu dipanggil Allah SWT. Melalui terjemahan Kiai Sholeh Darat itulah RA. Kartini menemukan ayat yang amat menyentuh nuraninya yaitu:

Orang-orang beriman dibimbing Allah dari gelap menuju cahaya (Q.S. Albaqarah : 257)

Dari sinilah ungkapan Door Duisternis Toot Licht muncul.

RA. Kartini banyak belajar dari Kiai Sholeh tentang kungkungan penjajah Belanda hingga muncul sikap minder (inferioritas) dikalangan pribumi. Makin mantap semangat melangkah mengubah tatanan social kaum perempuan dan bangsa secara keseluruhan. Kesadaran melangkah dari inspirasi Alquran hasil didikan Kiai. Itulah ciri seorang Santri Sejati.

Selamat Hari Kartini 2020. Mulialah Perempuan Indonesia. Makmur sejahteralah Bangsa Indonesia. Amin.

Kecerdasan Sosial di Antara Pandemik Covid 19 11

Kecerdasan Sosial di Antara Pandemik Covid 19

Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo mengeluarkan surat edaran nomor: 087/U9.1/SE/2020 tentang pelaksanaan pembelajaran daring selama masa Pandemic Covid-19. Hal ini dilakukan dalam menyikapi kewajiban pelayanan akademik.

Pelayanan harus tetap berjalan dengan berbagai alternative, dan di sinilah kemudian diperlukan kecerdasan social bagi para akademisi termasuk para dosen. Kecerdasan sosial (intelegensi interpersonal) yaitu orang yang mampu memahami, berinteraksi, dan berhubungan baik dengan orang lain.

Intelegensi interpersonal ini meliputi memahami orang lain, kemampuan sosial, dan keterampilan menjalin hubungan (Alder, 2001). Selanjutnya Albrecht (2006) mengemukakan kecerdasan sosial adalah kemampuan untuk bergaul dan mengajak orang lain untuk bekerja sama.

Jadi definisi kecerdasan sosial secara teoritis adalah ukuran kemampuan diri seseorang dalam pergaulan di masyarakat dan kemampuan berinteraksi sosial dengan orang-orang di sekeliling atau di sekitarnya.

Orang yang memiliki kecerdasan sosial tinggi ia mampu memahami siapa dirinya, dimana tempatnya, dan bagaimana posisinya di dalam masyarakat serta mampu hidup dengan harmonis dan selaras dengan lingkungannya.

Artinya kemampuan berinteraksi yang baik dengan tetap melakukan physical distancing di saat pandemic corona ini adalah salah satu dari kecerdasan sosial.

Kecerdasan sosial adalah parameter dari kurikulum di sebuah lembaga itu berjalan baik ataukah belum. Kurikulum mempunyai dua sisi yaitu kurikulum by design dan hiden kurikulum.

Karakter dan kecerdasan sosial banyak terbentuk dari hiden kurikulum. Kurikulum tersembunyi (the hidden curriculum) adalah kurikulum yang tidak direncanakan.

Hilda Taba mengatakan “curriculum is a plan for learning”, yakni aktivitas dan pengalaman harus direncanakan agar menjadi kurikulum. Ada juga yang berpendapat bahwa kurikulum sebenarnya mencakup pengalaman yang direncanakan dan juga yang tidak direncanakan, yang disebut kurikulum tersembunyi.

Pengalaman saat ini  tidak bisa melakukan perkuliahan secara langsung dan digantikkan dengan media daring atau kuliah online. Bagi mahasiswa mempunyai cara tersendiri sebagai reaksi terhadap kurikulum formal. Apakah, kemudian perkuliahan berjalan dengan banyaknya keluhan tentang online ataukah menjadiakan hal ini tantangan yang bukan menjadi penghalang untuk melanjutkan kewajiban sesuai dengan RPS yang disusuaikan.

Sikap-sikap mampu berdaptasi dengan segala situasi inilah bentuk dari kecerdasan sosial yang lahir dari kurikulum baik itu by design maupun hiden. Program studi dengan para dosen Unusida saat ini sedang menyusun kurikulum baru melalui tinjaun kurikulum bersama Badan Penjaminan Mutu UNUSIDA.

Semoga yang sedang disusun dapat menghasilkan kurikulum terbaik untuk mahasiswa dan diharapkan lulusanya memiliki kecerdasan sosial sebagai bekal para mahasiswa untuk bisa bersaing dan sukses dalam kehidupanya.