Ini Pesan Wakil Ketua LPT PBNU Saat Wisuda VIII Unusida
Wakil ketua Lembaga Perguruan Tinggi (LPT) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), H Amien Suyitno sangat mengapresiasi capaian Unusida sebagai kampus NU yang tumbuh dalam 10 tahun terakhir. Unusida menjadi bagian dari Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) yang progresnya sangat luar biasa. Banyak capaian yang sudah dimunculkan oleh Unusida, baik tingkat regional, nasional hingga internasional.
“Selama ini saya terlibat langsung terhadap pengembangan prodi dan capaian, rekognisi pemerintah lokal, nasional dan internasional di Unusida,” ujarnya saat menyampaikan orasi ilmiah saat menghadiri Wisuda VIII Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) di Hotel Utami, Jl Raya Juanda Sidoarjo, Sabtu (14/09/2024).
Kapala Badan Litbang & Diklat Kementerian Agama RI tersebut menuturkan, Unusida dan PTNU yang lain memiliki makna dan karakteristik yang berbeda dengan perguruan tinggi pada umumnya. Sebab menjadi kampus yang membawa nama besar Nahdlatul Ulama.
Ia menyebutkan PBNU mulai berbenah secara substantif, melalui LPTNU dengan menggunakan pendekatan regulative dalam Sistem Pendidikan (Sisdik) NU, serta berbenah secara substantive dalam tata kelola human resource dosen dan pimpinan kampus.
Sesuai arahan rais am PBNU KH Miftahul Akhyar dan ketua umum KH Yahya Cholil Tsaquf bahwa PTNU tidak boleh menjadi yang terbelakang dalam pengembangan dan memberikan pelayanan pendidikan tinggi.
“PTNU memang hadir belakangan, tapi kita tidak boleh terbelakang,” tegasnya
Ia meyakini, Unusida merupakan kampus yang mengedepankan pembiasaan integritas. Sebab integritas menjadi sesuatu yang mahal dan menjadi aset kekayaan terbesar yang dimiliki oleh NU. Sikap integritas yang dimaksud adalah kesatuan pikiran, ucapan, dan tindakan seseorang.
“Yang dirawat oleh NU adalah integritas bangsa. Akhlak itu yang paling mahal dan lebih berharga dari pada emas, saat ini banyak perusahaan yang mementingkan nilai adab seseorang,” terangnya.
Prof Amien menyampaikan, pengembangan PTNU tidak terlepas dari karakter pondok pesantren. Oleh karena itu, pihaknya mencoba mengejawantahkan dan mentransformasikan karakter pendidikan di pondok pesantren ke perguruan tinggi. Seperti nilai-nilai spiritualitas, integritas dan kebersamaan,
“Kita sudah berhasil melahirkan ribuan pondok pesantren, itu yang coba kita transmisikan ke dalam karakter pendidikan di PTNU,” ucapnya.
Lebih lanjut, ia memberikan beberapa tips dalam bermasyarakat kepada alumni Unusida, seperti kemampuan beradaptasi dengan teknologi, bersikap kritis dan mampu bekerja sama. Hampir semua kampus UNU sudah disiapkan pembelajaran tentang kemampuan softskill, kemampuan berkomunikasi, kemapuan berjejaring dengan baik, dan kemampuan memberikan solusi terhadap masalah.
“Alumni Unusida harus mengembangkan softskill yang dimiliki. Jadi jangan hanya mengandalkan prodi, IPK dan reputasi kampus saat kembali di tengah masyarakat,” tuturnya.
Ia berpesan agar alumni Unusida harus mengedepankan akhlakul karimah dimanapun berada. Tidak semata-mata mengunggulkan nilai akademik. setiap kampus memiliki memiliki lingkungan akademik yang menjadi garansi, maka yang harus dimiliki oleh Alumni Unusida adalah integritas dan akhlakul karimah.
“Orang bijak berkata, jika kita kehilangan uang sama dengan tidak kehilangan uang, karena uang masih bias dicari. Jika kita kehilangan kesehatan (sakit), maka kita akan kehilangan sesuatu kenikmatan dari diri kita. Jika kita kehilangan harga diri, akhlakul karimah, adab, maka kita akan kehilangan segalanya,” kutipnya.
Ia mengingatkan agar selalu menghargai kampus, dengan menghargai seluruh pihak yang terlibat dalam membangun ekosistem kampus NU. Ia mengibaratkan hubungan kampus dan alumni bagaikan rumah kedua, serta hubungan dosen dan mahasiswa sudah seperti seorang ibu dan anak.
“Jadi jangan minder dan underestimate, sangat penting jadilah orang yang menghargai menghargai institutusi. Ini adalah kampusku, kampus yang telah melahirkanku,” pungkasnya.
(my)