Peringati Maulid Nabi, Momentum Meneladani Akhlak dan Semangat Juang Rasulullah SAW
Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (LAKPESDAM) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo, Prof. Dr. M Syamsul Huda, M.Fil.I menyampaikan kiat-kiat dalam meneladani akhlak dan semangat juang Rasulullah SAW. Sejak lahir, Nabi Muhammad SAW telah ditempa dengan berbagai ujian, mulai dari ditinggal kedua orang tua hingga dimusuhi oleh masyarakat di sekelilingnya.
Akan tetapi, Nabi Muhammad SAW dapat melalui semua ujian tersebut dengan kesabaran serta memberikan contoh yang baik melalui akhlakul karimah. Hal tersebut yang mempengaruhi cara pandang masyarakat pada zaman jahiliyah dalam menyikapi kehidupan di dunia.
“Keberhasilan Rasulullah ketika diuji dan dapat dilalui dengan baik dengan kesabaran dan kekuatan mental. Ujian yang diberikan oleh Allah di dunia tidak benar-benar menderita, tetapi terdapat kenikmatan di belakangnya,” ujarnya saat menyampaikan tausiah dalam peringatan Maulid Nabi bersama sivitas akademika Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) di Masjid KH Hasyim Asy’ari, Jum’at (20/09/2024).
Guru Besar Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya tersebut menyampaikan bahwa step by step dalam mencintai Rasulullah SAW adalah dengan banyak membaca maupun mendengarkan kisah Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya.
Dalam kesempatan tersebut, ia menceritakan penelitian ilmuwan dari Amerika Serikat Mikel Haj menulis sebuah buku yang berjudul 100 tokoh berpengaruh dunia dan menempatkan Nabi Muhammad SAW di ranking yang pertama. Hal tersebut memunculkan banyak pertanyaan-pertanyaan mengapa tidak Nabi Isa, karena mayoritas agama yang dianut negara bukan muslim. Tetapi Rasulullah SAW yang dianggap pantas menjadi orang yang harus diteladani.
Dalam penelitian tersebut ada empat alasan yang menjadikan Rasulullah menjadi orang yang untuk diteladani, yaitu berhasil menyelesaikan secara sempurna ketika menghadapi ujian.
Bagaimana menghadapi ujian adalah mengkaji dan mengaji. Jadi sesungguhnya Nabi Muhammad SAW mempunyai pribadi tahan uji sejak kecil.
“Jadilah pribadi yang berani diuji, tidak dianggap sebagai masalah, tetapi jadilah pribadi yang bisa melahirkan solusi setelah mendapatkan ujian,” terangnya.
Ia menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW memberikan contoh sebagai orang yang solutif. Tak heran, Rasulullah SAW dipercaya oleh masyarakat karena mempunyai ide-ide mempersatukan misi kabilah-kabilah di tanah arab saat itu.
“Setelah diuji, seharusnya menjadikan mental kita menjadi solutif. Seperti Rasulullah SAW tidak lari ketika menghadapi kesulitan, akan tetapi berpikir solusi dari masalah yang menimpa. Maka harus mengkaji dulu baru mengaji, jangan dibalik,” jelasnya.
Sesuai dengan teladan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, yang pertama jadilah pribadi yang tahan uji dengan cara melihat masalah menjadi sebuah potensi, kedua setelah jenengan melihat masalah itu menjadi potensi, maka jadikanlah itu menjadi solusi. Solusi untuk diri maupun solusi untuk lingkungan. Jangan menjadikan Anda ini bagian dari masalah yang akan membebani diri dan lingkungan. Dan yang ketiga adalah jadilah pribadi yang terus-menerus melakukan mengkaji lingkungan, mengkaji alam, mengkaji ilmu dan berikutnya mengaji.
“Kalau hanya sekedar mengkaji, maka hanya otak yang cerdas tapi hati kita akan gelisah,” tuturnya.
Ia menuturkan agar selalu berusaha menunjukkan pikiran seperti UNESCO, learning to do, learning to know learning to do, learning to be, learning to together. Hal tersebut sesuai dengan misi yang diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah menjadi ‘Rahmatan lil Alamin’. To know itu dari tidak tahu menjadi tahu, to do dari tahu kamu lakukan mendapatkan hasil maka kamu mengajarkan kepada orang lain.
“Jadilah orang yang selalu berbagi tetapi berbagi didasari oleh apa yang kita miliki berdasarkan keilmuan kita. Jadilah nanti pendidik-pendidik masyarakat yang selalu menebar kebaikan,” pungkasnya.
(my)