Posts

Rektor Unusida menjadi pemateri dalam Forum “Meningkatkan Kerjasama Rentas Sempadan Dalam Pendidikan Tinggi: Strategi untuk Inovasi dan Kemampanan” di UiTM Malaysia (Foto: Humas Unusida)

Rektor Unusida Jelaskan Pemanfaatan AI dalam Forum Kerjasama Pendidikan Tinggi di UiTM Malaysia

Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida), Assoc. Profesor Dr. Fatkul Anam, M.Si menyampaikan pokok-pokok pikiran dalam forum diskusi dengan jajaran untuk memperkuat bidang transformasi teknologi dan digitalisasi.

Dalam forum tersebut, Rektor Unusida menjadi narasumber yang membahas tentang Meningkatkan Kerjasama Rentas Sempadan dalam Pendidikan Tinggi: Strategi untuk Inovasi dan Kemampanan di UiTM Malaysia yang disiarkan secara langsung di TV Rembau.

Selain itu, juga menjadi panelis, Sekretaris Lembaga Pendidikan Tinggi Universiti Nadhatul Ulama, Indonesia Dr. Rer. Pol. H.M. Faishal Aminuddin dan Rektor UiTM, Cawangan Negeri Sembilan, Malaysia Profesor Dr. Yamin Yasin.

Ia menjelaskan 5 bentuk kerja sama dalam pemanfaatan dalam pengembangan Artificial Intellegence (AI) yang mungkin dilakukan dalam perkembangan perguruan tinggi saat ini, yaitu pertukaran pengetahuan dan riset bersama, penelitian kolaboratif, Program pelatihan dan sertifikasi, pembangunan infrastruktur AI, serta pertukaran mahasiswa dan staf.

“Melalui pertukaran dosen dan peneliti, kedua pihak dapat mempelajari praktik terbaik, metode, dan teknologi terbaru dalam pengembangan AI. Ini akan membantu memperkaya kurikulum pendidikan dan penelitian di kedua institusi,” ujarnya saat menyampaikan dalam Forum Kerja Sama Pendidikan Tinggi di UiTM Malaysia, Rabu (10/07/2024).

Informasi pendaftaran mahasiswa baru di PMB Unusida

Sementara dalam penelitian kolaboratif dapat mencakup pengembangan algoritma baru, aplikasi AI. dalam pendidikan, atau penggunaan AI. untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Untuk menghasilkan penemuan yang signifikan dan berkontribusi pada perkembangan AI dalam bidang pendidikan.

Program selanjutnya adalah pelatihan dan sertifikasi untuk mahasiswa, dosen, dan profesional di kedua institusi, mencakup pelatihan praktis dalam pengembangan AI, pemahaman konsep-konsep dasar AI, dan penerapan AI dalam konteks pendidikan.

Dalam pembangunan infrastruktur AI, dilakukan pengembangan pusat riset AI, laboratorium AI, dan pengadaan peralatan dan perangkat lunak terkait AI.

“Kegiatan terakhir yang saya usulkan adalah pertukaran mahasiswa dan staf. Kegiatan ini untuk mendapatkan pengalaman belajar dan kerja di lingkungan yang berbeda, yang akan meningkatkan pemahaman mereka tentang A.I. dan pendidikan,” jelasnya.

 

(my)

Rektor Unusida H Fatkul Anam bersama Rektor Universiti Malaysia Kelantan, Prof. Dato’ D.r Razil bin Che Razak (Foto: Humas Unusida)

Unusida bersama 19 PTNU jalin kerjasama dengan Universiti Malaysia Kelantan

Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) kembali menjalin kerja sama internasional. Kali ini, Unusida bersama 19 Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) di bawah naungan Lembaga Pendidikan Tinggi (LPT) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) telah melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Universiti Malaysia Kelantan, Senin (08/07/2024).

Penandatanganan MoU tersebut dilakukan oleh Ketua LPT PBNU, Prof. Ainun Na’im, Ph.D dengan Rektor Universiti Malaysia Kelantan, Prof. Dato’ D.r Razil bin Che Razak. Penandatanganan MoU tersebut dilaksanakan di tengah kunjungan Rektor Unusida bersama LPTNU ke Thailand-Malaysia selama seminggu yang lalu, Kamis-Rabu (04-10/07/2024).

Dalam kesempatan itu, ketua LPT-PBNU, Prof Ainun Na’im menjelaskan bahwa kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan pelaksanaan  Tridharma Perguruan Tinggi serta untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan di Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama.

Ia berharap semoga dengan menjalin kerja sama ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif dalam peningkatan kualitas 19 PTNU yang ikut bersama-sama kunjungan ke Malaysia.

“Sebagaimana diketahui UMK mempunyai 3 kampus utama yaitu kampus kota yang terletak di Pengkalan Chepa, Bachok dan Jeli. Hal ini yang dapat melecut semangat kita dalam mengembangkan kualitas PTNU di Indonesia,” ujarnya.

Diketahui, pendirian Universitas Negeri di Kelantan diumumkan oleh Perdana Menteri Kelima Malaysia, Tun Abdullah Ahmad Badawi pada tanggal 31 Maret 2006 setelah mendapat persetujuan Kabinet pada bulan Juni 2006.

UMK dikategorikan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi sebagai Universitas yang berfokus dan mengedepankan kewirausahaan di kalangan mahasiswanya tanpa memandang disiplin ilmu dan bidangnya melalui moto ‘Entrepreneurship is Our Core’.

Sementara itu, Rektor Unusida, H Fatkul Anam, yang menjadi salah satu delegasi dalam kunjungan ini menjelaskan bahwa ada beberapa poin kesepakatan. Di antaranya adalah pertukaran mahasiswa, kuliah tamu, joint research, kerjasama publikasi, pertukaran review jurnal untuk bidang ilmu yang sejenis, dan lain.

“Dalam waktu dekat MoU ini akan ditindaklanjuti dengan pembahasan teknis masing-masing perguruan tinggi,” jelasnya.

Ketua Forum Rektor PTNU tersebut menyampaikan bahwa melalui kerja sama ini PTNU dapat mengadopsi filosofi perguruan tinggi yang berfokus Kewirausahaan dan Bisnis, Teknologi Kreatif dan Warisan, dan Agroindustri dan Ilmu Sumber Daya Alam seperti yang diterapkan di UMK. Juga dapat membuka peluang bagi PTNU untuk meningkatkan jejaring di luar negeri.

Selain ketiga bidang studi tersebut, di UMK juga diberikan penekanan pada perolehan bahasa dan soft skill. Juga disertai wawasan dan pengalaman yang mumpuni dalam bidangnya.

“Di Unusida sendiri contohnya, kami memiliki Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik yang dapat saling bertukar ilmu dan pengalaman yang akan bermanfaat bagi kedua belah pihak,” ungkapnya.

 

(my)

KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin saat menyampaikan Kuliah Umum di Unusida (Foto: Humas Unusida)

Gus Kikin Ajak Anak-anak Muda untuk Kuliah di Unusida

Pj Ketua Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin mengajak anak-anak muda untuk kuliah di Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida).

“Saya mengajak anak-anak muda untuk ikut bergabung dan belajar di Unusida. Semoga mendapatkan ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat,” ujarnya saat diwawancarai ketika menghadiri Kuliah Umum dan Halal Bi Halal di Masjid KH Muhammad Hasyim Asy’ari, Sabtu (18/05/2024).

Gus Kikin menyampaikan bahwa Nahdlatul Ulama sangat mengutamakan keilmuan. Khususnya ilmu agama yang diajarkan oleh para leluhur yang menjadi fondasi keilmuan NU.

“NU yang nomor satu yaitu keilmuan, bagaimana kita harus menjaga dan menerima ilmu yang telah diajarkan oleh para leluhur (Ulama) hingga Rasulullah SAW,” tuturnya.

Meskipun begitu, NU juga harus terbuka dan serius dalam mempelajari ilmu umum dan teknologi agar tidak tertinggal dari perkembangan zaman.

“Sangat perlu mempelajari ilmu modern agar NU tidak ketinggalan,” katanya.

Oleh karena itu, pentingnya membangun fasilitas-fasilitas pendidikan seperti Madrasah hingga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) yang memiliki program studi ilmu umum, seperti halnya di Unusida.

Menurutnya, Unusida dalam trek yang benar dalam menghadirkan perguruan tinggi di tengah masyarakat. Yaitu dengan mengutamakan program studi umum yang disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi daerahnya.

“Tanpa mengesampingkan ilmu agama, kader-kader NU juga harus diberikan kesempatan belajar ilmu-ilmu umum, khususnya di tingkat perguruan tinggi,” jelasnya.

Diketahui, Unusida saat ini memiliki 12 program studi, yaitu Teknik Industri, Teknik Kimia, Teknik Lingkungan, Akuntansi, Manajemen, Desain Komunikasi Visual (DKV), Teknik Informatika, Sistem Informasi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), serta Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD).

Dalam kesempatan tersebut, Gus Kikin menyerukan agar seluruh nahdliyyin memiliki prinsip kebersamaan dalam hal apapun.

“NU harus terorganisir dengan baik, seperti yang akan mengisi di pos pemerintahan, pendidikan melalui sekolah, pondok pesantren hingga perguruan tinggi, maupun keagamaan di masjid-masjid,” tandasnya.

Lebih lanjut, Gus Kikin menjelaskan bahwa tugas NU sangat besar, tidak hanya di tingkat nasional, juga Internasional.

Ia menceritakan bahwa awal mula berdirinya NU merupakan rangkaian panjang dari sejumlah perjuangan. Karena berdirinya NU merupakan respons dari berbagai problem keagamaan, peneguhan mazhab, serta alasan-alasan kebangsaan dan sosial-masyarakat pada waktu itu.

“NU ketika lahir sudah besar, karena NU mewadahi masyarakat yang menganut Islam Ahlussunah wal Jama’ah yang jumlahnya sangat besar dan lebih dulu hadir di Indonesia,” ungkapnya.

Oleh karena itu, ia berpesan agar menjaga semangat perjuangan kader NU harus senantiasa di jaga dan di tingkatkan. Jika NU dulu berkontribusi besar dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan, maka kini NU terlibat aktif dalam pembangunan di berbagai bidang.

“Tanggung jawab NU tidak hanya untuk umat Islam saja, akan tetapi juga membersamai dan dapat hidup berdampingan dengan berbagai kelompok lainnya dalam hal hidup berbangsa dan bernegara,” pungkasnya.

(my)

Pakar Aswaja Muda Angkatan 2 Unusida (Foto: Humas Unusida)

Pakar Aswaja Muda, Upaya Unusida Bentuk Mahasiswa Menjadi Kader Penggerak Amaliyah Aswaja an-Nahdliyah

Unit Pelaksana Teknik (UPT) Pengkajian Islam dan Keaswajaan (PIK) Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) menggelar Pendidikan Kader Penggerak Amaliyah Aswaja An Nahdliyah Mahasiswa Unusida (Pakar Aswaja Muda) angkatan ke 2 di Pondok Pesantren Al Kholil, Jetis, Sidoarjo, Jum’at-Ahad (26-28/04/2024).

Kegiatan tersebut diikuti oleh 24 mahasiswa-mahasiswi yang menjadi delegasi dari setiap program studi (Prodi) di Unusida. Dalam Pakar Aswaja Muda tersebut, mahasiswa dibekali tentang tatacara sholat sempurna ala Rasulullah SAW, pemahaman risalah amaliyah NU, serta cara berdakwah seperti dalam menyampaikan tausiah, khutbah maupun Master of Ceremony (MC) yang benar.

Sekretaris Badan Pelaksana Penyelenggara (BPP) Unusida, Sholehuddin menjelaskan, pendidikan dan pelatihan kader penggerak amaliyah NU perlu digalakkan di kalangan mahasiswa sebagai seorang akademisi dan aktivis NU.

“Sudah seharusnya mahasiswa Unusida memiliki jiwa mengabdi dan penggerak Amaliyah NU di masyarakat setelah lulus nanti. Oleh karena itu, sangat penting dipersiapkan sejak dini ketika masih berstatus mahasiswa aktif,” jelasnya.

Ketua Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Sidoarjo tersebut menyampaikan bahwa pihaknya sangat mendukung kegiatan pelatihan dan pendidikan Keaswajaan bagi mahasiswa NU. Sebab mahasiswa NU memiliki potensi untuk mengisi pos penting di masyarakat nantinya, seperti di bidang pendidikan, ekonomi, hingga politik.

“Mahasiswa NU harus siap ketika kembali di tengah masyarakat. Dengan bekal-bekal yang sudah diberikan melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk dapat memposisikan diri di tempat yang tepat agar memberikan manfaat bagi orang lain,” tandasnya.

Kepala UPT PIK Unusida sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Al Kholil, Jetis, Sidoarjo, Arisy Karomy atau Gus Arisy mengatakan bahwa Pakar Aswaja Muda ini mengacu pada peraturan pelaksanaan kegiatan pengkaderan NU bagi kalangan mahasiswa.

Menurutnya, mahasiswa Unusida perlu diberikan pendidikan tentang penerapan amaliyah Aswaja an-Nahdliyah seperti kemampuan dalam memimpin Tahlil, Imam Sholat, Bilal dan Khotib Sholat Jum’at serta Dai yang menyampaikan tausiah dalam sebuah majelis pengajian. Oleh karena itu, melalui kegiatan ini mahasiswa dapat menjadi pionir-pionir kader penggerak NU melalui kegiatan dakwah ketika diterjukan di tengah masyrakat.

“Seringkali mahasiswa Unusida ketika di tengah masyarakat, baik dalam kegiatan seperti saat Kuliah Kerja Nyata (KKN) maupun ketika penelitian di lapangan, dianggap oleh masyarakat mampu untuk memimpin sebuah majelis maupun kegiatan keagamaan di masjid, musholla, serta pondok pesantren,” ujarnya.

Wakil Katib Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo tersebut berharap, melalui kegiatan ini mahasiswa dapat menjadi pembeda dalam mewarnai dalam menerapkan amaliyah Aswaja An Nahdiyah di lingkungan kampus dan di tengah masyarakat.

“Pasca kegiatan ini, mahasiswa Unusida yang sudah mengikuti Pakar Aswaja Muda ini diarahkan untuk mengisi dan menghidupkan kegiatan keagamaan di Masjid KH Muhammad Hasyim Asy’ari yang nantinya akan disiapkan menjadi pusat pendidikan Aswaja bagi masyarakat sekitar,” pungkasnya.

(my)

Suasana Halal Bihalal Unusida Idul Fitri 1445 H (Foto: Humas Unusida)

Halal Bihalal Unusida, Begini Pesan Ketua PCNU dan PC Muslimat NU Sidoarjo

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo, KH Zainal Abidin menekankan kepada seluruh civitas akademika Univeristas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) untuk menjaga niat berkhidmah dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh di Unusida.

“Oleh karena itu, saya minta kepada seluruh civitas akademika Unusida untuk niat khidmah di Nahdlatul Ulama melalui Unusida untuk menjemput keberkahan. Sebab tujuan hidup tidak hanya mempunyai mobil yang mewah dan membangun rumah yang megah,” ujarnya saat menyampaikan sambutan saat kegiatan Silaturahmi dan Halal Bihalal di Hall Lantai 5 Kampus II Unusida, Rabu (17/04/2024).

Dalam kesempatan tersebut, kiai Zainal menjelaskan bahwa momentum Syawal dapat menjadi pemicu untuk membangun prestasi bersama, dengan membuat catatan indah di kehidupan masing-masing.

“Ketika kita mampu meninggalkan catatan indah di kehidupan kita, maka anak kita akan bangga menceritakan perjalanan hidup orang tuanya, dan dapat menjadi motivasi (bagi anak) untuk juga berprestasi seperti orang tuanya,” jelasnya.

Lebih lanjut, kiai Zainal mengingatkan bahwa persaingan perguruan tinggi saat tidak dapat dibendung.  Maka dibutuhkan kesiapan dan konsistensi untuk terus berkembang jika tidak ingin dilampaui oleh perguruan tinggi yang lain, karena ruang persaingan saat ini sangat bebas dan luas.

“Tugas kita saat ini masih banyak, jadi jangan bangga terhadap prestasi yang sudah diraih, akan tetapi prestasi dan tugas di depan kita masih banyak. Oleh karena itu, tidak boleh lengah sedikitpun. Sekali kita lengah, maka akan dilampaui oleh perguruan tinggi yang lain,” terangnya.

“Mudah-mudahan dengan niat khidmah yang pas dan sabar, kita memperoleh kehidupan yang berkah. Semoga melalui khidmah melalui pendidikan yang kita cintai dapat membawa berkah bagi keluarga, rezeki dan keturunan kita,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua Pimpinan Cabang (PC) Muslimat NU Sidoarjo, Hj Ainun Jariyah merasa besyukur Unusida mendapatkan tambahan beasiswa setiap tahunnya. Ia sangat mengapresiasi bangga atas prestasi yang telah diukir oleh Unusida karena terjadi percepatan-percepatan yang sangat luar biasa.

“Kami dari PC Muslimat NU Sidoarjo selalu siap sedia untuk mendukung kebesaran dan kemajuan Unusida. Semoga Unusida selalu dapat memenuhi target yang diharapkan, Perguruan Tinggi bukan ajang bangga-banggaan, tapi memiliki tujuan utama untuk mencerdaskan generasi anak bangsa,” pungkasnya.

(my)

KH Makki Nasir saat menyampaikan tausiah saat Ngaji Interaktif di Unusida (Foto: Humas Unusida)

Ngaji Interaktif Bersama KH Makki Nasir, Ulas Pentingnya Literasi Syaikhona Kholil Bangkalan

Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) menggelar Ngaji Interaktif dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) ke-101 Nahdlatul Ulama (NU) yang dipusatkan di Masjid KH Muhammad Hasyim Asy’ari, Komplek Kampus Unusida Lingkar Timur, Sidoarjo, Rabu (31/01/2024).

Kegiatan kali ini diinisiasi oleh Unit Pelaksana Teknis Pengkajian Islam dan Keaswajaan (UPT PIK) Unusida dengan mendatangkan narasumber yang merupakan Dzurriyyah Syaikhona Kholil Bangkalan, KH Makki Nasir yang juga sebagai ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bangkalan.

Dalam tausiahnya, Kiai Makki menjelaskan tentang pentingnya menjaga sanad keilmuan, dalam literasi Syaikhona Kholil. Sebab, ketika seorang santri hanya membaca literatur atau buku sebagai acuan, tanpa memahami literasi. Maka akan berpotensi menimbulkan kesalahpahaman dalam memahami informasi atau ilmu di dalamnya.

“Oleh karena itu, literasi sangat diperlukan sebagai rujukan untuk memahami isi dan pesan dalam sebuah kitab karya ulama terdahulu agar tidak terjadi kesalahpahaman dan bertolak belakang dengan apa yang diciptakan oleh Allah,” jelasnya.

Banyak sekali karya para ulama yang menggunakan istilah atau simbol kedaerahan tempatnya berdakwah. Sedangkan orang-orang yang membaca simbol atau lafadz dalam buku atau kitab tersebut belum tentu mengerti dengan apa yang disampaikan. Maka hal tersebut menjadi tugas guru dalam mengemasnya sesuai adat di setiap daerah, tanpa mengubah makna yang tersirat di dalamnya.

“Orang yang belajar tanpa guru, maka gurunya adalah setan, kenapa? karena dia hanya membaca simbol (kata), tidak membaca pemikiran pengarangnya. Sehingga menafsirkan sesuai dengan apa yang dibaca, tanpa mengenal pengarangnya,” tuturnya.

Ia menyampaikan dalam memahami bahwa tulisan para ulama terdahulu seperti Syaikhona Kholil yang tersebar ke seluruh santri-santrinya dulu merupakan sebuah warisan ulama yang perlu dijaga, dicari dan dilestarikan. Sehingga pentingnya dalam melakukan digitalisasi sesuai perkembangan zaman agar dapat dinikmati dan pelajaran bagi generasi penerus.

“Kita harus menyadari yang sekarang ini dibutuhkan adalah literasi, tidak hanya literatur. Melalui literasi ini kita memahami apa yang kita baca, informasi apa yang kita baca dan apa yang kita tulis,” ujarnya.

Kiai Makki mengatakan, sebagai santri NU harus senantiasa mengingat dan menyebut guru saat berdoa ataupun ketika hendak menyampaikan ilmunya. Selain menjadi cara dalam menjaga sanad keilmuan, juga merupakan adab seorang santri serta berharap keridloan dan keberkahan dari ilmunya. Dengan begitu akan diberikan kemudahan dalam menyerap dan memahami ilmu yang disampaikan.

“Kita beruntung hari ini kita masih dapat nyambung dengan berkirim doa kepada para Waliyullah. Meskipun jasadnya sudah terkubur di bumi, tapi kita masih tersambung melalui ilmunya,” katanya.

Ia menuturkan, mukjizat yang diturunkan oleh Allah pertama kali adalah pemahaman kata. Karena kata adalah simbol yang terkonsep dalam pikiran dan orang bertindak berawal dari pikiran.

Kata merupakan hal yang muncul secara genetik, bukan hasil dari sains ataupun sebuah penelitian. Oleh karena itu, terdapat istilah budi bahasa, kekuatan bahasa, serta kekuatan kata.

“Karena dengan pemahaman kata pasti juga paham akan tindakannya. Ketika genetiknya bagus, maka yang keluar adalah kata-kata yang bagus. Seperti contoh seorang ilmuwan atau ulama di pesantren, maka isi pikiranya akan dituangkan melalui simbol kata-kata yang terangkai kemudian disusun menjadi sebuah buku maupun kitab, itu yang dinamakan takrib,” terangnya.

Kiai Makki menceritakan bahwa Syaikhona Kholil merupakan seorang ulama yang cerdas. Beliau mampu dengan mudah memahami apa yang di pelajari yang kemudian menghasilkan sebuah langkah besar. Seperti membuat menyusun konsep dalam mendidik santri-santrinya hingga menjadi ulama besar yang mendobrak dunia. Ia mengasah pendidikan dengan sistem memanusiakan manusia yang disesuaikan dengan bakat potensi dan karakternya.

Syaikhona Kholil memang tidak menjadi bagian dari muassis (pendiri) NU. Akan tetapi peranya dalam pendirian NU sangat penting sebagai konseptor berdirinya organisasi Islam terbesar saat ini.

“Mari belajar dan berburu dari literasi Syaikhona Kholil tentang bagaimana beliau mampu membangun tatanan sosial kemasyarakatan, pergerakan terorganisir yang begitu hebat, baik secara ulama dan umara dalam menjadikan negara yang kuat,” pungkasnya.

Simak video lengkap ngaji interaktif bersama KH Makki Nasir di Unusida TV

(my)