Posts

Seminar Nasional Pra Kongres Pendidikan NU di Unusida (Foto: Humas Unusida)

Seminar Nasional Pra-Kongres Pendidikan NU di UNUSIDA, Bahas Format PTNU yang Ideal

Lembaga Pendidikan Tinggi (LPT) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bakal menggelar kongres pendidikan Nahdlatul Ulama (NU) di Jakarta. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada tanggal 22 dan 23 Januari mendatang.

Dalam rangka menyambut agenda tersebut, terdapat sejumlah acara pra-kongres di antaranya adalah dengan menggelar sejumlah seminar nasional di Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (UNUSIDA) yang dipusatkan di Ballroom PCNU Sidoarjo, Rabu (08/01/2025).

Dalam seminar nasional pra-kongres seri 2 di UNUSIDA kali ini mengusung tema ‘Mencari Format Pendidikan Tinggi NU yang Ideal’ menjadi bahasan utama yang disampaikan oleh 3 narasumber. Yaitu Dosen Institut Teknologi Surabaya (ITS) dan Tim Ahli Kurikulum Dr. Ir. Syamsul Arifin, M.T, dengan tema ‘Transformasi Kurikulum Berbasis Keunggulan’, Rektor Universitas Terbuka (UT) Prof. Dr. Ojat Darojat, M. Bus, Ph.D, dengan tema ‘ Transformasi Strategis Perguruan Tinggi NU’, dan Prof. Masdar Hilmy, S.Ag, MA, Ph.D, dengan tema pembahasan ‘Redesain Kurikulum untuk Pendidikan Masa Depan’.

Dalam sambutannya, Sekretaris Lembaga Perguruan Tinggi (LPT-PBNU), M. Faishal Aminuddin menyampaikan 2 hal penting dalam pengembangan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU).

Pertama, terkait dengan pengelolaan pendidikan tinggi di NU. Ia menyoroti bahwa meskipun NU memiliki banyak sumber daya manusia (SDM), masih ada tantangan serius, terutama dalam hal kualifikasi dosen. Sebanyak 79,8% dosen di perguruan tinggi NU hanya memiliki gelar S2, padahal untuk menjadi kiai (guru besar) di perguruan tinggi idealnya memiliki gelar S3. Hal ini penting karena S3 berfokus pada riset yang dapat menghasilkan ilmu pengetahuan baru, bukan sekadar mengajarkan materi lama.

Kedua, Faishal menyampaikan pentingnya infrastruktur pendidikan, mengingat mahasiswa kini sering kali menilai sebuah kampus berdasarkan fasilitas fisik seperti gedung. Namun, beliau juga menekankan bahwa opsi pendidikan online bisa menjadi alternatif untuk mengurangi biaya perawatan gedung yang besar.

Lebih lanjut, beliau mengungkapkan bahwa pengelolaan pendidikan tinggi NU masih terpisah-pisah dan kurang terkoordinasi. Sistem yang ada terlalu bergantung pada figur individu, sehingga ada kebutuhan mendesak untuk membangun sistem pengelolaan yang lebih kuat dan berkelanjutan, yang dapat berjalan dengan baik meskipun ada pergantian pengelola.

Faishal juga menyinggung pentingnya merumuskan format pendidikan tinggi NU yang ideal, dengan mempertimbangkan model seperti boarding school yang menggabungkan pendidikan akademik dan pondok pesantren. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang benar-benar mencerminkan produk pendidikan NU, mirip dengan sistem pendidikan di universitas-universitas tradisional di luar negeri.

“Hasil diskusi dalam seminar nasional ini dapat menghasilkan rekomendasi yang bermanfaat bagi kemajuan pendidikan tinggi NU, yang juga akan dibahas dalam Kongres yang akan datang, yang mencakup seluruh jenjang pendidikan dari prasekolah hingga perguruan tinggi di bawah Nahdlatul Ulama,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Rektor UNUSIDA mengatakan, seminar pra-kongres pendidikan sesi 2 di UNUSIDA akan membahas tentang pengembangan kurikulum pendidikan NU pembelajaran berbasis IT dan penguatan ciri khas Ke NU-an.

Menurutnya, pendidikan adalah salah satu pilar utama dalam perjuangan Nahdlatul Ulama yang tidak hanya bertujuan mencetak generasi berilmu, tetapi juga generasi yang berakhlak, berkarakter dan mampu menjawab tantangan zaman di era yang penuh dengan dinamika seperti sekarang ini.

“Kita menghadapi tantangan besar mulai dari digitalisasi perubahan sosial hingga tantangan moral dan spiritual. Oleh karena itu melalui Seminar ini kita berharap dapat merumuskan satu strategi transformasi pendidikan NU agar relevan dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai – nilai ahlusunah wal jamaah,” jelasnya.

Salah satu narasumber, Syamsul Arifin menerangkan tentang pentingnya memahami peran pendidikan tinggi dalam mempersiapkan lulusan yang memiliki kemampuan yang bermanfaat bagi masyarakat. Salah satu pendekatan yang sedang banyak dibicarakan adalah Outcome-Based Education (OBE), yang menekankan bahwa lembaga pendidikan harus fokus pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan agar dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat.

Melalui pengajaran dan kurikulum yang berbasis pada Outcome-Based Education, dosen dan guru diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang siap dan mampu mengatasi tantangan di masyarakat. Dengan demikian, pendidikan tinggi harus memastikan bahwa setiap lulusan memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dunia nyata, agar proses pendidikan tidak hanya untuk menghasilkan angka atau sertifikat, tetapi untuk memberi manfaat yang lebih luas.

“Pentingnya amanah yang diemban oleh pendidik baik dosen atau guru untuk mencetak generasi yang tidak hanya kompeten, tetapi juga memiliki kontribusi positif untuk masyarakat. Oleh karena itu, sebagai seorang dosen, penting untuk menyampaikan materi yang jelas manfaatnya bagi mahasiswa,” katanya.

Dosen ITS tersebut menjelaskan format pendidikan NU ideal harus berfokus pada pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia, dengan perhatian khusus pada peran NU dalam memberikan kontribusi terhadap sistem pendidikan yang lebih baik. Ia menekankan pentingnya kualitas pendidikan yang dapat dibuktikan dengan evidence yang kuat. Dengan kualitas pendidikan di setiap jenjang pendidikan tinggi.

“Pertanyaan asesor pendidikan memang sangat tajam, yang membutuhkan jawaban konkret atau pembuktian dengan argumen yang jelas, sementara pertanyaan malaikat langsung menguji nilai amal tanpa bukti fisik. Artinya keberadaan PTNU harus memberikan manfaat yang konkret bagi masyarakat,” terangnya.

Sementara itu, Prof Ojat sebagai narasumber 2 menjelaskan pentingnya transformasi digital dalam pendidikan tinggi, khususnya dalam menghadapi perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), yang dapat membantu memberikan kuliah jarak jauh tanpa kehadiran fisik dosen. Ia mengaitkan hal ini dengan fenomena pembelajaran daring, yang semakin diminati oleh generasi muda, terutama pasca pandemi COVID-19. Pendidikan jarak jauh juga memiliki potensi untuk mendapatkan manfaat dari peningkatan signifikan jumlah mahasiswa yang dapat dilayani melalui pembelajaran daring.

Ia mencontohkan Universitas Terbuka (UT) yang mengalami peningkatan jumlah mahasiswa dengan menerapkan pembelajaran jarak jauh. Tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di negara lain, seperti Open University of China yang menangani 5 juta mahasiswa, IGNOU di India dengan 4 juta mahasiswa, dan Allama Iqbal Open University di Pakistan dengan 2 juta mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran jarak jauh bisa menjadi solusi yang efektif dan efisien dalam menghadapi jumlah mahasiswa yang besar.

Prof Ojat berharap bahwa teknologi pendidikan, terutama online learning, dapat diterapkan secara lebih luas, tidak hanya di UT, tetapi juga di LPTNU di Indonesia, sehingga pendidikan tinggi dapat lebih inklusif, inovatif, dan berkelanjutan di masa depan.

Tak kalah pentingnya pengembangan infrastruktur digital juga harus disiapkan untuk mendukung pembelajaran jarak jauh yang efektif, termasuk penyediaan data center dan cloud computing untuk menyimpan data dan mendukung kegiatan pembelajaran online.

Selanjutnya, Prof Masdar yang menjadi narasumber ketika menyebutkan poin penting yang disampaikan adalah bahwa pendidikan yang berbasis Aswaja seharusnya tidak dipahami secara kaku atau ideologis tertutup. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, termasuk Artificial Intelligence (AI), kurikulum Aswaja harus tetap fleksibel dan mampu beradaptasi dengan kebutuhan masa depan. Ia juga mengingatkan bahwa profesi yang ada saat ini, seperti dosen, bisa terancam oleh profesi baru, seperti kurir yang berkembang seiring kemajuan teknologi.

Menurutnya, Aswaja bukan hanya milik NU, karena kelompok lain juga mengadopsi prinsip serupa, namun yang membedakan adalah interpretasi dan implementasi yang lebih sesuai dengan konteks dan tantangan masyarakat Nahdliyin. Ia juga mengungkapkan tantangan di dunia pendidikan, terutama dengan banyaknya kelompok-kelompok yang mengklaim Aswaja versi mereka, termasuk kelompok Salafi yang sering kali dianggap lebih otentik dalam mengutip Al-Qur’an dan Hadis. Prof Masdar menyoroti bahwa banyak kaum urban kelas menengah yang merasa bingung dan bisa beralih ke kelompok-kelompok tersebut jika tidak ada pendekatan yang tepat.

“Dalam konteks pendidikan, penting untuk menanamkan pemahaman yang mendalam mengenai Aswaja ala Nahdiyah, agar tidak hanya menjadi doktrin normatif, melainkan juga sebagai solusi yang adaptif terhadap tantangan zaman. Kurikulum Aswaja yang fleksibel dan bisa mengakomodasi perkembangan nilai-nilai baru akan sangat relevan untuk pendidikan masa depan,” ulasnya.

Prof Masdar juga menekankan pentingnya pendidikan karakter dan pendekatan intelektual yang tidak hanya berbasis teori, tetapi juga relevan dengan pengalaman nyata, baik di dunia pendidikan formal maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengadopsi pendekatan yang lebih terbuka dan dialogis, pendidikan kaum Nahdliyin bisa menjadi lebih solutif dan adaptif terhadap perubahan zaman.

Direktur Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya tersebut menerangkan dalam materi tentang ‘Redesain Kurikulum untuk Pendidikan Masa Depan’ untuk mengutamakan pentingnya integrasi Aswaja dalam kurikulum pendidikan untuk menghadapi tantangan di masa depan.

Ia menggarisbawahi bahwa ideologi Aswaja harus tetap menjadi otoritatif bagi kaum Nahdliyin, namun dengan kemampuan untuk beradaptasi dengan dinamika zaman. Tantangan utamanya adalah menjaga agar ideologi ini tidak direbut oleh kelompok lain yang mungkin memiliki interpretasi yang sangat berbeda atau bahkan tidak sejalan dengan profil Aswaja yang dimiliki oleh Nahdlatul Ulama (NU).

“Tujuan utama dari pendidikan berbasis Aswaja adalah untuk membentuk individu yang beriman, berilmu, berakhlak mulia, serta memiliki komitmen kebangsaan yang kuat. Hal tersebut yang harus diterapkan dalam kurikulum PTNU nantinya,” pungkasnya.

 

(my)

Penandatanganan MoU antara Unusida dan BTN Sidoarjo (Foto: Humas Unusida)

Unusida Jalin Kerja Sama dengan BTN Sidoarjo, Gelar Seminar Entrepreneur dan Pembukaan Rekening Juara bagi Mahasiswa

Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) menjalin kerja sama dengan Bank Tabungan Negara (BTN) Sidoarjo. Penandatanganan Memorandum of Understanding dilaksanakan di Hall Kampus 2 Unusida, Lingkar Timur, Sidoarjo pada Rabu, (13/11/2024). Acara yang dirangkai dengan Seminar Entrepreneurship tersebut dihadiri oleh ratusan mahasiswa, dosen, serta pelaku bisnis lokal yang antusias mengikuti rangkaian acara.

Acara dimulai dengan sambutan hangat dari Wakil Rektor 3 Universitas NU Sidoarjo, H Ali Masykuri yang menekankan pentingnya kolaborasi antara dunia akademik dan sektor perbankan untuk menciptakan ekosistem wirausaha yang mendukung kemajuan ekonomi lokal.

Wakil sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo tersebut menjelaskan bahwa Seminar Entrepreneurship kali ini bertujuan menumbuhkan jiwa wirausaha di era digital bagi mahasiswa. Sesuai dengan tagline Unusida sebagai kampus yang religius dengan semangat berwirausaha.

“Seminar ini merupakan wujud nyata dari komitmen Universitas NU Sidoarjo dalam membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilan wirausaha yang relevan dengan kebutuhan pasar dan perkembangan teknologi saat ini,” terangnya saat menyampaikan sambutan.

Seminar kali ini dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh narasumber utama, Arya Asraf Danarkusuma, seorang praktisi dan ahli dalam bidang wirausaha serta pengembangan bisnis. Dalam sesi ini, Arya memberikan wawasan mendalam mengenai cara membangun usaha yang sukses di era digital serta pentingnya inovasi dan kreativitas dalam menghadapi tantangan bisnis modern. Ia menyoroti pentingnya keterampilan manajerial dan keuangan dalam mengelola bisnis, serta bagaimana memanfaatkan teknologi untuk memperluas jangkauan pasar.

“Keberhasilan dalam berwirausaha tidak hanya ditentukan oleh produk atau jasa yang ditawarkan, tetapi juga oleh kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan pasar yang cepat, serta membangun relasi yang baik dengan berbagai pihak, termasuk lembaga keuangan seperti BTN,” ujar Arya dalam sesi presentasinya.

Selain materi yang sangat aplikatif, acara seminar ini juga memberikan kesempatan bagi peserta untuk bertanya langsung kepada pemateri mengenai berbagai tantangan yang mereka hadapi dalam mengembangkan bisnis, khususnya di bidang digital dan finansial. Para peserta dapat berinteraksi langsung dengan narasumber, serta berbagi pengalaman dan ide-ide seputar dunia kewirausahaan.

Sebagai bagian dari kolaborasi dengan BTN, seminar ini juga memperkenalkan beberapa program pembiayaan yang ditawarkan oleh Bank BTN yang dapat mendukung para calon wirausahawan, terutama mahasiswa dan pelaku UMKM. Seperti pembukaan tabungan BTN juara mahasiswa Unusida sebagai tindak lanjut kerja sama antara UNUSIDA dan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.

Tak hanya itu, ruang lingku kerja sama antara Unusida dan BTN Sidoarjo, meliputi:

    1. Layanan Tabungan BTN Juara bagi Mahasiswa/i
    2. Layanan Host to Host / VA Penerimaan SPP dan Keuangan Kampus Lainnya.
    3. Layanan Payroll Guru dan Pegawai Sekolah
    4. Layanan fasilitas Merchant BTN baik EDC, Qris dan AgenBTN untuk unit usaha kampus
    5. Layanan BTN Move ( Kas Keliling )
    6. Layanan BTN Prioritas/Prospera
    7. Layanan Kredit : KPR dan KRING BTN
    8. Layanan Pengajuan TJSL / Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
    9. Produk dan Jasa Perbankan lainnya.

Branch Manager PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, A H Yudi Evarianto berharap, dengan kerja sama melalui seminar ini, akan tercipta lebih banyak peluang usaha yang didorong oleh akses finansial yang lebih mudah dan informasi yang lebih lengkap mengenai pengelolaan keuangan bisnis.

“Seminar Entrepreneurship ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan pengetahuan yang bermanfaat bagi mahasiswa Universitas NU Sidoarjo dan masyarakat sekitar untuk lebih berani memulai usaha dan mengembangkan potensi ekonomi digital yang semakin berkembang,” harapnya.

 

(my)

Business Seminar Internasional (Foto: Humas Unusida)

Eksplorasi Geoekonomi, BEM FE Unusida Gelar Business Seminar Internasional

Transformasi ekonomi global terus membawa dinamika yang signifikan pada hadirnya perhatian baru dalam konstelasi politik nasional maupun internasional. Hubungan Internasional antar negara saat ini menemukan arah baru menuju diplomasi ekonomi oleh karena adanya globalisasi dan gagasan akan kesejahteraan global.

Hal tersebut ditanggapi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) dengan menggelar Business Seminar Internasional. Seminar tersebut mengusung tema ‘Eksplorasi Geoekonomi, Peluang dan Tantangan Terhadap Global Bisnis’.

Kegiatan tersebut diikuti oleh ratusan mahasiswa-mahasiswi Fakultas Ekonomi Unusida dari angkatan 2021-2023 yang dilaksanakan secara Hybrid, yaitu di Hall Kampus 2 Unusida dan Zoom Meeting, Senin (10/06/2024).

Adapun narasumber dalam seminar tersebut adalah Dosen Thai Global Business Administration Technological College Thailand, Mr Nico Irawan, S.S,. M.Pd dan Direktur Polindo Internasional Indonesia, Dr H Nuryadi, S.Sos., M.M.

Dalam kesempatan tersebut, Mr Nico Irawan menjelaskan, mahasiswa harus menyiapkan tujuan sejak dini dengan memperhatikan peluang yang ada, seperti dengan membuat personal branding di bidang yang sesuai dengan skill dan kemampuan masing-masing.

Menurutnya, mahasiswa harus berani bermimpi dan selalu berikhtiar untuk mengembangkan potensi diri. Selain itu, juga harus memiliki motivasi dan selalu berfikir positif dalam bertindak apapun.

“Melalui personal branding, orang lain dapat mengetahui potensi yang kita miliki. Juga berfikit out of the box, berfikir diluar otak agar dapat berkembang,” jelasnya saat menyampaikan materi.

Wakil Rektor 2 Unusida, Lukman Hakim, M.T menyampaikan bahwa pihaknya sangat mensupport dan mengapresiasi kegiatan kali ini. Sebab sangat mendukung program Universitas dengan menggelar kegiatan berstandard Internasional

“Alhamdulillah FE sudah mengawali dengan menggelar kegiatan Internasional. Apresiasi untuk BEM FE Unusida yang menggelar Seminar Internasional pada pagi hari ini,” ujarnya saat menyampaikan sambutan.

Ia menegaskan bahwa Unusida memiliki program Internasionalisasi di setiap kegiatan, baik itu akademik maupun kemahasiswaan, untuk mencapai target akreditasi unggul di tahun mendatang. Oleh karena itu, perlu kerja sama dari setiap elemen untuk menyelenggarakan kegiatan Internasional lainnya.

“Target akreditasi unggul bukan menjadi nilai tawar lagi, akan tetapi akreditasi unggul menjadi kepastian yang harus kita capai bersama. Semoga kegiatan kali ini dapat semakin memacu kegiatan Internasional untuk terus melaksanakan Internasional selanjutnya,” tandasnya.

Dosen Teknik Industri Unusida tersebut mangatakan bahwa tema yang dibahas kali sangat menarik bagi mahasiswa. Melalui seminar bisnis ini dapat menjadi bekal mahasiswa dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi persaingan global dan menjadi pemenang nantinya.

“Kali ini sangat beruntung terkait tema yang dibahas, jadi tantangan yang akan dihadapi akan berbeda, tantangan dan persaingan jauh lebih berat. Semoga mahasiswa Unusida dapat menjadi yang terbaik dan seorang pemenang,” ungkapnya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Ekonomi, Muhafidhah Novie, M.M berharap kegiatan kali ini dapat memberikan masukan dan membuka wawasan mahasiswa tentang geoekonomi

“Jadi saat ini mahasiswa harus mengatahui eksplorasi ekonomi, bagaimana kondisi politik dunia yang berpengaruh bagi ekonomi serta dapat mengetahui peluang dan tantangan geoekonomi dunia saat ini,” katanya.

Ia menuturkan bahwa perubahan dan fleksibility yang terjadi di seluruh penjuru dunia akan diikuti dengan perubahan yang terjadi di dunia Internasional. Oleh karena itu, mahasiswa harus mempersiapkan diri untuk bersaing secara global nantinya.

“Tantangan di era globalisasi melalui teknologi informasi yang sangat luar biasa, sehingga mahasiswa dituntut untuk mampu beradaptasi dengan memanfaatkan segala peluang ada,” sebutnya.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa pihaknya akan memberangkan mahasiswa untuk study di Malaysia. Hal ini menjadi trobosan untuk internasionalisasi menuju globalisasi.

“Dengan melihat perkembangan di luar negeri, mahasiswa dapat semakin terbuka untuk menambah softskill dan memiliki ketahanan dalam bersaing dengan dunia Internasional,” pungkasnya.

 

(my)