Dekan Fakultas Teknik sekaligus Dosen Teknik Lingkungan Unusida, Listin Fitrianah, S.P,. M.Si (Foto: BEM FT Unusida)

Waspada Puncak Musim Hujan, Dosen Teknik Lingkungan Unusida Berikan Tips Mitigasi Banjir Sejak Dini

Menjelang akhir tahun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa sebagian besar wilayah Pulau Jawa telah memasuki puncak musim hujan. Dengan meningkatnya intensitas curah hujan, masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi.

Menyikapi hal tersebut, Dosen Teknik Lingkungan Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida), Listin Fitrianah, S.P, M.Si memberikan tips mitigasi banjir sejak dini. Menurutnya, solusi untuk mengurangi banjir di wilayah Sidoarjo khususnya, dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan yang dapat dikerjakan bersama dari beberapa unsur penting untuk mencapai solusi yang efektif dan berkelanjutan.

“Pendekatan itu di antaranya dapat menggunakan kolaborasi pentahelix dapat mengurangi banjir dengan melibatkan beberapa elemen penting, yaitu pemerintah, pengusaha, masyarakat, akademisi dan media,” jelasnya pada Kamis (19/12/2024).

Dekan Fakultas Teknik Unusida tersebut menyebutkan, wilayah Sidoarjo jika musim hujan beberapa daerah mengalami banjir. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti buruknya sistem drainase hingga aliran sungai yang tersumbat.

Selain itu, faktor utamanya adalah wilayah Sidoarjo memiliki tanah yang cenderung mudah terendam air, yang biasa disebut wilayah delta. Yang merupakan daerah daratan rendah di muara sungai dan rawa. Faktor lain terkait banjir rob dan curah hujan dengan intensitas tinggi dalam kurun beberapa hari.

“Kaitannya banjir rob menjadi salah satu faktor banjir adalah terjadi pasang surut air laut yang lebih tinggi dari pada biasanya, dan Sidoarjo terletak di pesisir utara Jawa Timur artinya sering banjir rob terutama pada musim penghujan atau saat terjadi pergerakan air laut yang signifikan,” terangnya.

Lebih lanjut, Listin mengungkapkan fenomena banjir di beberapa wilayah di Sidoarjo saat ini banyak diakibatkan oleh banjir rob. Jika melihat data BMKG di Stasiun Metrologi Maritim Tanjung Perak Surabaya ada data pasang surut Sidoarjo pada bulan Desember. Pada data pasang memang di beberapa hari terakhir cukup tinggi khususnya di tanggal 11-15 Desember terjadi pasang.

“Pada tanggal 15 Desember ketinggian pasang air laut mencapai titik maksimal, artinya peningkatan air hujan ke permukaan cukup tinggi jika dibanding sebelumnya,” katanya.

Faktor lain yang menyebabkan banjir yaitu sistem drainase yang kurang memadai dan tidak berfungsi maksimal. Hal tersebut yang menyebabkan air laut dari banjir rob dan air hujan tidak dapat mengalirkan air dengan maksimal yang memperburuk banjir yang terjadi di beberapa titik di Sidoarjo.

Kondisi tersebut diperparah oleh penyumbatan saluran air pada sistem drainase yang sering kali terhambat oleh sampah dan limbah. Hal ini disebabkan oleh pembuangan sampah yang sembarangan yang memperburuk dari kapasitas drainase sehingga menyebabkan air sungai meluap dan menggenangi permukaan.

“Contoh sampah yang sering ditemukan di sungai atau selokan adalah pampers yang menjadi momok bagi kita. Masyarakat masih banyak membuang sampah karena kebiasaan atau mitos yang dipercaya secara turun temurun,” sebutnya.

Oleh karena itu, Ia menjelaskan bahwa penanganan banjir menjadi tanggung jawab bersama. Dibutuhkan Peran dari beberapa elemen pentahelix, yang dimulai dari elemen pemerintah dengan merumuskan kebijakan dan regulasi yang mendukung pengelolaan sumber daya air dan pengurangan risiko banjir. Pemerintah juga bertanggung jawab untuk membangun dan memelihara infrastruktur pengendalian air di permukiman masyarakat.

Setelah itu, diperlukan peran serta masyarakat untuk mendukung kebijakan pemerintah, di antaranya dengan menjaga kebersihan saluran air, menghindari bangunan liar dan melakukan penghijauan di lingkungan sekitar permukiman. Juga saling mengedukasi satu sama lain untuk menumbuhkan kesadaran dalam memahami pentingnya pengelolaan sampah, menjaga kualitas lingkungan dan merespons peringatan dini banjir dengan tepat.

“Dan di sini tugas menanggulangi banjir tidak hanya tugas pemerintah, tetapi kita secara bersama-sama berkolaborasi dan menumbuhkan kesadaran bagaimana mengurangi potensi banjir di wilayah Sidoarjo,” tandasnya.

Alumni pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut menerangkan peran akademisi yang dianggap sebagai cendekiawan adalah dengan melakukan penelitian dan pengembangan. “Jadi akademisi juga dapat berperan dengan melakukan riset dengan penyebab banjir, dampak perubahan iklim serta teknologi baru terkait mitigasi pencegahan banjir, seperti di Fakultas Teknik Unusida yang membidangi penelitian dan pengembangan pada riset tersebut,” terangnya.

Tak hanya itu, seorang akademisi juga dapat memberikan edukasi dan pelatihan ke masyarakat sejak dini, terkait mengantisipasi dan mengurangi dampak banjir. “Yang mana dapat mengantisipasi bagaimana teknik mitigasi dan adaptasi ketika ada banjir, serta hal-hal yang dapat mencegah banjir tersebut, seperti pengelolaan sampah dan perawatan drainase masing-masing di sekitar kita,” ujarnya.

Selain itu, peran elemen pengusaha atau pihak swasta dapat berinvestasi pada proyek-proyek infrastruktur hijau sepeti pembangunan taman kota, penanaman pohon dan juga bisa membuat resapan air untuk mengurangi beban sistem drainase kota, atau bisa dari segi inovasi teknologi. Perusahaan swasta dapat mengembangkan teknologi ramah lingkungan dan solusi digital seperti sistem peringatan dini yang berbasis sensor atau aplikasi.

Tak kalah penting, peran elemen media adalah dengan penyuluhan dan edukasi dengan konten-konten di sosial media. Peran media saat ini menjadi kunci untuk menyampaikan informasi risiko banjir, kebijakan pemerintah terkait mitigasi banjir serta solusi yang diambil dari berbagai pihak untuk mengurangi banjir.

“Media berperan dalam penyebaran informasi dianggap sangat penting untuk mendidik masyarakat dalam edukasi dengan membuat konten tidak membuang sampah sembarangan atau dapat mendukung program penghijauan,” pungkasnya.

 

(my)